Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1434 H. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
Seperti yang terjadi di kota Ngawi tepatnya di halaman masjid agung di adakan takbir keliling yang di ikuti oleh berbagai element masyarakat dan sekolah-sekolah dari tingkat SD sampai dengan SMU dengan beragam mode kreativitas yang sangat menarik dan mampu menyedot ribuan warga masyarakat untuk menyaksikan serta ikut memeriahkan gema takbir keliling tersebut. Acara yang di gelar pada hari senin (14/10/2013) selepas bakda Sholat Magrib ini dan berakhir jam 22:15 Wib, Tampak hadir di kursi kehormatan Wakil Bupti Ngawi Ony Anwar beserta jajarannya dengan hikmat ikut melantunkan takbir .

Pada pagi harinya kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani. .(Byaz)