Suryajagad.Net – Panen raya yang berlangsung di Ngawi membawa berkah tersendiri bagi para peternak bebek asal Jombang. Jono (40) mengembalakan bebek di sawah yang selesai dipanen sudah hampir seminggu, dia bersama ke empat temannya berada di wilayah Ngawi. Dengan semakin sempitnya areal pengembalaan peternak asal Jombang tersebut harus merantau membawa bebeknya.
“
Sudah seminggu saya dan keempat teman disini untuk mengembalakan bebek, kami
melakukan ini karena faktor tidak memunyai tempat untuk pemeliharaan disamping
itu pula ngirit pakan meskipun banyaknya
kasus kematian ternak akibat keracunan pestisida tapi wajarlah mas, ”terangnya
pada media suryajagad.net (19/06/2014)
Ditambahkan
olehnya, sistem dari berternak ini kami dimodali awal bebek usia 2 bulan dengan
harga Rp 30,000 namun dari pemilik modal harga Rp 28,000 dan nanti saat
penjualan bebek usia 5 bulan meskipun bebek laku per- ekor misal Rp 75,000 pemilik
modal hanya minta tambahan Rp 3000. Sebanyak 500 ekor bebek yang saya
gembalakan ini untuk resiko kematian maupun biaya transportasi semua tanggungan
kami dan pemilik modal juga meminjamkan biaya untuk oprasionalnya, ” jelasnya.
Dengan semakin
sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya kasus kematian ternak akibat
keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya. Salah
satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan mengalihkan
sistem pemeliharaan dari sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan
cara beternak bebek tanpa air atau di kandangkan, ini lebih menguntungkan karena
kesehatan dan keselamatan bebek lebih terjamin.
Namun
masih banyak para peternak bebek yang memelihara dengan sistem tradisional
dengan cara digembalakan di sawah dengan alasan tidak mempunyai lahan untuk membuat
kandang. (Byaz)