Suryajagad.Net
– Di sebuah Desa lereng gunung Lawu tepi Telaga Kahuripan pinggir alas Ketonggo
hidup sepasang suami istri . Sang suami berprofesi hanya seorang petani
sedangkan sang istri selain menjadi ibu rumah tangga mengajar anak-anak mengaji . Kehidupan mereka
sangatlah sederhana namun penuh dengan cinta , kasih sayang serta penuh
kebahagian. Sudah hamper 10 tahun mereka membina bahtera rumah tangga namun belum
juga dikarunia momongan.
Suatu senja
seusai menyelesaikan rutinitas harian sepasang suami istri tersebut terlibat
percakapan yang serius di tepian Telaga Kahuripan .
Istri :
Ayahh…
Sudah hampir
sepuluh tahun kita membina rumah tangga namun sampai detik ini Allah belum
mengaruniai momongan pada kita, bunda
bingung segala cara sudah kita lakukan namun juga belum membuahkan hasil. (
keluh sang istri dengan berkaca-kaca matanya)
Suami :
Bundaku sayang… kenapa harus risau , Allah tentu mempunyai rencana sendiri buat
kita , sabar iklas dan tetap tawakal…
Istri :
Bukan begitu yah… wajarkan Bunda risau, pingin memberikan keturunan untuk ayah…
oiya yahh dengan Bismillaah bunda ridho dan iklas bila ayah menikah lagi, demi
Allah bunda akan iklas yahhh…….( sang istri sambil menangis memeluk sang suami)
Suami :
tssssssttttt……..!!! Bunda bicara apa thoo, tidak bunda apapun yg terjadi ayah
tidak akan menduakan bunda….!!! ( Sang suami memeluk dan mencium kening
istrinya dengan penuh kasih saying)
Istri : Tapi
yahhhhh…… ( makin menjadi tangisan sang istri di pelukan sang suami)
Suami : udah udah bundaaaa….. jangan menangis lagi, ayah tak akan berpaling dari bunda. Oiya bunda tahukan hadist yang di riwayatkan Abu Hurairah Rosullullaah bersabda : “ Apabila seseorang itu meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara, sedakah jariah, ilmu yg dimanfaatkan dan anak sholeh maupun sholehah yang senantiasa mendoakannya.
Suami : udah udah bundaaaa….. jangan menangis lagi, ayah tak akan berpaling dari bunda. Oiya bunda tahukan hadist yang di riwayatkan Abu Hurairah Rosullullaah bersabda : “ Apabila seseorang itu meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara, sedakah jariah, ilmu yg dimanfaatkan dan anak sholeh maupun sholehah yang senantiasa mendoakannya.
Istri :
iyaaa yaahhh pahamm lalu apa maksud ayaaahhhhhh…………????
Suami :
Kalau toh kita tidak dikaruniai momongan jangan sampai perpisahan ataupun
jangan sampai sesuatu yang telah kita bina hancur, masih ada DUA PERKARA yang
harus kita prioritaskan untuk bekal kita nantinya. (Dengan membelai rambut sang
istri sang suami meneruskan penjelasannya)
Bundaaa….dua
perkara tersebut satu Shodaqoh
Jariyah.
Sedekah jariah yaitu sedekah yang berterusan dan berkekalan manfaatnya untuk masyarakat umum. Kita fokuskan melakukan amalan yang akan memperolehi pahala walaupun kita telah meninggal dunia seperti mendirikan masjid, sekolah dan menggali telaga. Begitu juga amalan-amalan lain yang terus menerus mendatangkan manfaat kepada orang lain seperti membina hospital, membina jembatan, mewakafkan buku-buku agama dan sebagainya.
Sedekah jariah yaitu sedekah yang berterusan dan berkekalan manfaatnya untuk masyarakat umum. Kita fokuskan melakukan amalan yang akan memperolehi pahala walaupun kita telah meninggal dunia seperti mendirikan masjid, sekolah dan menggali telaga. Begitu juga amalan-amalan lain yang terus menerus mendatangkan manfaat kepada orang lain seperti membina hospital, membina jembatan, mewakafkan buku-buku agama dan sebagainya.
"Kedermawanan adalah memberi lebih banyak daripada yang kau bisa dan kebanggaan mengambil kurang dari yang engkau butuhkan"
Dua,
Ilmu Yang Bermanfaat
Ilmu
yang Allah telah berikan kepada kita mari terus diajarkan kepada orang lain .
Dengan begitu akan terus mengalirkan pahala bagi kita walaupun nantinya kita
telah meninggal dunia, sebagaimana dalam hadits di atas. Selain hadits di atas,
Rasulullah juga menjelaskan:
“Barangsiapa yang berdakwah kepada petunjuk (kebaikan) maka dia mendapatkan pahala seperti pahala yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Beliau
n juga bersabda:
“Sesungguhnya amalan-amalan itu dikira dengan niat dan setiap orang memperolehi apa yang dia niatkan.” (al-Bukhari, no: 1)
Dan niat itu harus ditujukan semata untuk Allah, ikhlas karena mengharapkan ridho-Nya. Ibadah tanpa keikhlasan niat maka tertolak sebagaimana bila ibadah itu tidak sejalan dengan tuntunan Rasulullah SAW. Allah ta`ala berfirman tentang ikhlas dalam ibadah ini:
"Dan
tidaklah mereka diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dalam keadaan
mengikhlaskan agama bagi-Nya." (Al Bayyinah : 5)
"Pertolongan
yang tulus tidak akan mengharapakan imbalan kembali"
Istri : Astagfirullahaladzim
la haula wala kuwwataillabillahi aliyyil adzim ….. maafin bundaa yaahhh yang
khilaf, syukron katsiron , ayah telah menyadarkan bunda……Astagfirullahaladzim...
la haula wala kuwwataillabillahi aliyyil adzim yaa allah ampuni hambamu ini.
Sepasang
suami istri tersebut akhirnya fokus untuk meraih dua perkara dan dengan tanpa
pamrih imbalan apapun selain hanya mengharap ridho Allah Ta’ala dan pada
bebebrapa bulan kemudian kabar baik didapat bahwa Istri Hamil sudah 3 bulan. Dihitung
usia kandungan istri tersebut semenjak sang suami menjelaskan untuk memfokuskan
yang dua perkara . (Byaz)