Suryajagad.Net
- Malam ini suasana begitu sepi padahal jarum jam baru
menunjukkan pukul 19.30.Rumah kosku penghuninya hanya tinggal aku seorang
karena bapak dan ibu kosku mengantar tetangga yang pindahan rumah tadi
siang.Sementara Rani teman kosku satu – satunya pulang ke rumahnya siang tadi.
Aku sedang asyik menyalin catatan pelajaran ketika tiba – tiba bau harum
semerbak bunga melati menerpa hidungku. “ Tumben bau bunga melati , “ kataku
dalam hati. “ Malam apa sich sekarang. Lalu aku lihat kalender yang ada di
hadapanku. “ Malam Kamis,kok aneh sich malam – malam kamis kok bau bunga
melati,” kataku tak mengerti. Bau harum bunga melati itu begitu semerbak. Tak
lama kemudian bau bunga melati itupun hilang dengan sendirinya.Akupun
melanjutkan menyalin catata pelajaranku sambil menunggu bapak dan ibuku datang.
Keesokan harinya,tiba – tiba saja mendadak aku ingin pulang ke
rumah orang tuaku dan siang itu setelah minta ijin ibu kos akupun pulang ke
rumahku diantar salah seorang temanku naik motor. Di jalan menuju ke rumah,aku
berpapasan dengan kakakku. “ Mau ke mana mbak,kok buru – buru,?” tanyaku. “ Mau
kembali ke kos – kosan,” jawab kakakku. “ Eh,itu tadi temanmu si Anya kan,”
tanya kakakku. “ Ya,kenapa mbak,? Tanyaku. “Waduh,tahu gitu nebeng aku tadi,”
kata kakakku. “ Ya,mana tahu kalau sampean mau nebeng,” kataku. “ Ya sudahlah,aku
buru – buru nich,takut kemalaman,” kata kakakku. “ Ya,hati – hati,” kataku.
Melewati rumah tetanggaku,akupun menoleh dan sekilas ku lihat
temankku Edy tampak duduk di ruang tamu.Akupun tersenyum ke arahnya sambil
mengganggukkan kepala dan dib alas oleh temanku itu dengan senyuman dan
anggukan pula. Hanya semalam aku menginap di rumah orang tuaku. Pagi itu di
saat aku berangkat sekolah,di depan mushola kembali aku bertemu dengan Edy
temanku. Aku tersenyum ke arahnya dan lagi – lagi dib alas dengan senyuman dan
anggukan oleh Edy. Hari – hari berlalu seperti biasa sampai pada suatu hari,
Senin pagi karena takut terlambat ke sekolah aku naik ojek dari rumahku ke
sekolah.
Dalam perjalanan aku ngobrol sama tukang ojek yang masih
tetanggaku itu. ,” Eh,kok kampung kita jadi sepi yo sekarang,” kataku memulai
percakapan. “Ya,apalagi semenjak,” jawab Fauzan si tukang ojek. “ Semenjak apa
kok gak diteruskan kata – katanya,” kataku penasaran. “ Itu semenjak Edy
meninggal ,” kata Fauzan. “ Edy,Edy meninggal,kapan ?” tanyaku penasaran.
“Wah,kapan yak ok aku lupa,” jawab Fauzan. “Mungkin sabtu kemarin yo karena
waktu aku pulang hari kamis lalu aku masih ketemu Edy kok,”kataku. “ Mungkin,”
jawab Fauzan.Percakapan terhenti karena aku telah sampai di depan sekolahku,Setelah
membayar ongkos ojek akupun masuk ke halaman sekolahku.
Seminggu kemudian ketika pulang ke rumah,aku bertanya kepada
ibukku tentang kematian Edy. “ Bu,aku dengar katanya Edy meninggal,kapan bu?,”.
“ Siapa yang memberitahumu kalau Edy meninggal,” tanya ibuku. “Fauzan tukang
ojek. “Oh,kata ibuku. “ Fauzan meninggal hari Rabu siang seminggu yang lalu,”
kata ibuku.
“ Hari Rabu,seminggu yang lalu,ibu bohong ya,” kataku tak percaya.
“ Bohong bagaimana,” tanya ibuku tak mengerti. “ Ya,tadi ibu bilang kalo Edy
meninggal hari Rabu seminggu yang lalu padahal Kamis siang dan Jumat pagi aku
masih ketemu Edy,” kataku. Ibuku tampak terkejut mendengar kata – kataku.
“Masak?”. “ Ya bu,” jawabku. “ Makanya mulai sekarang kalau ada orang yang
meninggal tolong aku di beri tahu biar kejadian ini tak terulang lagi. Sejak
saat itu tiap ada tetangga yang meninggal aku pasti di beri tahu. Aku sendiri
juga tak menyangka kalau Edy yang ketemu aku waktu itu ternyata sudah
meninggal. Selamat jalan teman,selamat jalan,semoga kau tenang di alam sana. (Bersambung)
Pengirim Cerpen : Handayani
Editor Cerpen : Byaz