***BEDAH TUNTAS BUDIDAYA AGROBISNIS SEMUT RANG-RANG MSB***BERSINERGINYA GNP DENGAN MSB TEBAR KEBAHAGAIAN UNTUK ORANG PINGGIRAN***SRIKANDI GNP DIVISI HONG KONG SABET JUARA 3 DALAM LOMBA MARS KEBANGSAAN***STOP PRESS AKAN DILAKUKAN BAGI ANGGOTA DARI MEDIA ONLINE SURYAJAGAD.NET YANG TIDAK AKTIF***
Home » » Melupakan Rivalitas Pilpres Menuju Indonesia Jaya

Melupakan Rivalitas Pilpres Menuju Indonesia Jaya

Written By Byaz.As on Minggu, 19 Oktober 2014 | 03.30


Suryajagda.Net - Negara ini senantiasa diselimuti kekhawatiran dari waktu ke waktu. Kekhawatiran itu ialah atmosfer politik disesaki politikus yang tidak berkelas negarawan. Kala negara mengalami defisit negarawan, politik bisa menjelma menjadi monster kekuasaan yang tamak.

Monster kekuasaan bercirikan, antara lain, pengabaian dengan kesadaran penuh atas moralitas dan etika. Segala macam cara ditempuh untuk meraih dan mengabadikan kekuasaan. Perebutan pimpinan parlemen ialah satu di antara banyak contoh penerabasan moralitas. Rambu-rambu etika tidak lagi mampu membendung syahwat berkuasa yang bergelora dan bergemuruh di dalam kesadaran politik para elite.

Kekhawatiran itu sejenak sirna. Sepertinya ada kemauan yang kuat, sangat kuat, di kalangan elite politik untuk mengembangkan diri dan berperan menjadi negarawan. Mereka tidak perlu berlama-lama membenamkan diri menjadi politikus. Perbedaan mendasar antara politikus dan negarawan ialah politikus memikirkan pemilihan yang akan datang, sedangkan negarawan memikirkan generasi yang akan datang.

Kemauan yang sangat kuat untuk berperan sebagai negarawan itu sama-sama muncul dalam diri politikus yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat pendukung Jokowi-JK dan Koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta.

Mereka mau bersilaturahim. Itu diawali pertemuan presiden terpilih Joko Widodo dengan pemimpin MPR, DPR, dan DPD pada 10 Oktober, dilanjutkan dengan pertemuan Jokowi dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie pada 14 Oktober dan berpuncak pada pertemuan Jokowi dengan Prabowo Subianto, kemarin.(Prabowo Sambut Baik Pertemuan Dengan Jokowi )

Pertemuan Jokowi dan Prabowo disebut sebagai puncak silaturahim karena itulah pertemuan pertama sejak Jokowi dan Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Jokowi menjadi rival Prabowo pada Pilpres 2014. Konfigurasi politik setelah pilpres pun terbelah. Persaingan dan perseteruan di antara dua kubu itu menuai reaksi negatif dari pasar saham dan pasar uang. Sebaliknya, pasar menyambut ramah pertemuan Jokowi-Prabowo.

Silaturahimi Jokowi dengan Prabowo mencerminkan dua hal. Pertama, Jokowi sebagai pemenang pilpres tetap tulus dan rendah hati. Sang pemenang itu bersedia mendatangi Prabowo di kediamannya. Itu artinya Jokowi dengan hati lapang menerima realitas politik bahwa parlemen dikuasai kubu Prabowo. Kedua, kesediaan Prabowo menerima Jokowi bisa menepis kecaman yang menyebutnya tidak sportif menerima kekalahan dalam pilpres.

Pelajaran yang bisa diserap dalam silaturahim itu ialah perbedaan pandangan politik tidak memutuskan tali silaturahim. Mereka pantas disebut sebagai negarawan karena mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas segala-galanya, termasuk melupakan rivalitas dalam pilpres. Apalagi, saat bertemu, keduanya memiliki obsesi besar bagaimana mengelola negara dengan penuh kewibawaan dan kebijaksanaan demi mencapai Indonesia yang hebat.

Negara ini jelas membutuhkan lebih banyak lagi sosok negarawan. Di tangan merekalah sesungguhnya Indonesia dipertaruhkan agar lebih hebat.

Sumber: Mediaindonesia.com
Editor  : Byaz.

Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Penerbit: PT CAKRA BUANA RAYA, Kep.Kemenkumham RI No: AHU-0067169.AH.01.09 TH 2009
Copyright © 2011. Byaz Surya Djagad - Inovatif Dan Kooperatif - All Rights Reserved
Template MAS TEMPLATE Website Created by BSDJ TV
Proudly powered by Byaz Surya Djagad