![]() |
Foto Ilustrasi |
Suryajagad.Net - “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar
saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat
Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan
satu sholawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi
menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan sholawat
kepadanya.“
Dahulu di sebuah kota di
Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di
pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung
di kota itu. berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Dzhuhur. Setelah membaca
wirid sekedarnya,keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid.
Mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar
dikaisnya. Tidak satu lembar pun dilewatkan. Tentu saja agak lama membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang
hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh
iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan
dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, Nenek datang dan langsung masuk masjid. Usai shalat, ketika ingin melakukan
pekerjaan rutinnya, Nenek terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Kembali lagi masuk ke dalam masjid dan menangis dengan keras. Mempertanyakan mengapa
daun-daun itu sudah disapu sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa
mereka kasihan kepadanya.
“Jika kalian kasihan kepadaku berikan kesempatan kepadaku untuk
membersihkannya.” Kata nenek tersebut.
Singkat cerita, nenek itu
dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kyai diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa Nenek begitu bersemangat
membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan
dua syarat: pertama, hanya Kyai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia
itu tidak boleh disebarkan ketika Nenek masih hidup. Sekarang beliau sudah meniggal
dunia, dan kita dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak Kyai Saya tahu
amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya
tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap
kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu sholawat kepada Rasulullah.
Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua
daun itu bersaksi bahwa saya membacakan sholawat kepadanya.“tuturnya
Perempuan tua
dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang
tulus. Dia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan
amal dihadapan Allah Ta'ala. Lebih dari itu, dia juga memiliki kesadaran spiritual
yang luhur. Dia tidak dapat mengandalkan amalnya dan sangat bergantung pada
rahmat dari Allah serta syafaat kanjeng nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasaalam.
“ALLAHUMA SHOLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA ALIHI SAYYIDIANA MUHAMMAD”
“ALLAHUMA SHOLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA ALIHI SAYYIDIANA MUHAMMAD”
Sumber : Dream.co.id
Editor : Byaz.As