Suryajagad.Net - Terungkapnya kasus penganiayaan seorang siswi di
SD Perwari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat bermula beredarnya video di Youtube
. Selain kerap dianiaya teman sekelasnya, AN korban kekerasan teman-teman
sekelasnya ternyata juga kerap diperas. Uang jajan yang dibawanya pun terpaksa
ia bagi kepada sejumlah teman laki-lakinya.
Meski meresahkan, kasus kekerasan dan
penganiayan di kalangan siswa SD tersebut tidak dibawa ke ranah hukum. Para
orangtua siswa baik pelaku maupun korban penganiayaan sepakat menempuh jalan
damai. Seperti dalam rilisan Liputan6.com (14/10/2014)
Kasus
penganiayaan siswi SD di Bukittinggi ini mengudang keprihatinan berbagai
kalangan. Amin Surya salah satu penggerak Ngawi Peduli menegaskan bahwasanya
sangat memprihatinkan tidakan tersebut yang luput dari pantaun guru pembimbing.
Menurutnya, selain faktor lingkungan rumah dan sekolah, sejumlah hal juga turut
mempengaruhi perilaku anak menjadi seorang yang gemar menindas termasuk
minimnya teladan positif.
Melihat fakta lokasi penganiayaan tersebut, Amin Surya menilai pihak sekolah telah gagal dalam mengawasi dan membimbing siswanya. Karenanya bimbingan dan pengawasan perlu ditingkatkan untuk mencegah terulangnya kasus kekerasan di sekolah.
Melihat fakta lokasi penganiayaan tersebut, Amin Surya menilai pihak sekolah telah gagal dalam mengawasi dan membimbing siswanya. Karenanya bimbingan dan pengawasan perlu ditingkatkan untuk mencegah terulangnya kasus kekerasan di sekolah.
Video yang diduga kuat diambil di sebuah ruangan kelas itu memperlihatkan murid wanita yang mengenakan kerudung tersebut ditendang dan dipukuli bergantian oleh teman-temannya di sudut ruangan.
Penganiayaan antara lain dilakukan seorang murid perempuan lainnya dengan menendang tubuh korban. Selanjutnya, sejumlah murid laki-laki secara bergantian memukul dan menendang korban sembari meloncat. Sementara korban yang tersudut hanya bisa menahan pukulan sambil menangis.
Dari celetukan dan teriakan di ruangan itu, terdengar jelas mereka kompak untuk 'menghukum' korban atas alasan yang belum diketahui. Dalam bahasa dan logat Minangkabau yang kental, para bocah itu terus memberi semangat teman-temannya memukul korban.
Sepanjang tayangan video yang diunggah pada Sabtu 11 Oktober 2014 itu, juga terdengar celetukan-celetukan kasar dari suara perempuan dan laki-laki yang tak pantas diucapkan bocah seusia mereka.(Byaz)