Suryajagad.Net - Sekelompok
pengrajin kayu di Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, membuat replika
mobil sport dengan ukuran aslinya. Tak hanya memiliki kemiripan yang
mengesankan, mobil-mobil itu ternyata terbuat dari limbah kayu.
Eko Lukistyanto memproduksi beragam miniatur, mock-up mobil, motor dan becak berbahan limbah kayu jati. Setiap mobil sports dibuat selama tiga minggu hingga sebulan, tergantung tingkat kerumitan dari replika. Setiap replika memiliki detil yang sama dengan aslinya termasuk ukuran ban, interior dan setir. Selain replika dengan ukuran asli, para pengrajin ini juga membuat minitur dan becak. Seperti yang dilansir wowkeren.com (03/11/2014)
Usaha ini awalnya dirintis Widodo, ayah Eko pada 1994. Eko yang merupakan anak sulung menjadi penerus usaha kerajinan ini. Cikal bakal kesuksesan Eko dimulai saat ia mengikuti sebuah pameran kerajinan di Jakarta. Hasil karyanya mendapat apresiasi positif dari sejumlah pembeli asing. Tak lama, Eko pun mulai kebanjiran pesanan.
Kini pelanggan mereka berada di penjuru AS, Inggris, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya. Kendati demikian, Eko mengaku tidak pernah mempromosikan hasil kerajinannya secara khusus atau melalui internet.
"Promosi cuma dari mulut ke mulut dengan buyer yang bekerja sama. Buyer kebanyakan adalah makelar di Eropa. Mock-up yang mereka beli dari sini dijual lagi ke pengusaha otomotif dan restoran untuk dipajang di showroom dan restoran di Eropa dan Asia. Ada juga yang dijadikan koleksi pribadi di rumahnya.” Jelas Eko. (Byaz)
Eko Lukistyanto memproduksi beragam miniatur, mock-up mobil, motor dan becak berbahan limbah kayu jati. Setiap mobil sports dibuat selama tiga minggu hingga sebulan, tergantung tingkat kerumitan dari replika. Setiap replika memiliki detil yang sama dengan aslinya termasuk ukuran ban, interior dan setir. Selain replika dengan ukuran asli, para pengrajin ini juga membuat minitur dan becak. Seperti yang dilansir wowkeren.com (03/11/2014)
Usaha ini awalnya dirintis Widodo, ayah Eko pada 1994. Eko yang merupakan anak sulung menjadi penerus usaha kerajinan ini. Cikal bakal kesuksesan Eko dimulai saat ia mengikuti sebuah pameran kerajinan di Jakarta. Hasil karyanya mendapat apresiasi positif dari sejumlah pembeli asing. Tak lama, Eko pun mulai kebanjiran pesanan.
Kini pelanggan mereka berada di penjuru AS, Inggris, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya. Kendati demikian, Eko mengaku tidak pernah mempromosikan hasil kerajinannya secara khusus atau melalui internet.
"Promosi cuma dari mulut ke mulut dengan buyer yang bekerja sama. Buyer kebanyakan adalah makelar di Eropa. Mock-up yang mereka beli dari sini dijual lagi ke pengusaha otomotif dan restoran untuk dipajang di showroom dan restoran di Eropa dan Asia. Ada juga yang dijadikan koleksi pribadi di rumahnya.” Jelas Eko. (Byaz)