***BEDAH TUNTAS BUDIDAYA AGROBISNIS SEMUT RANG-RANG MSB***BERSINERGINYA GNP DENGAN MSB TEBAR KEBAHAGAIAN UNTUK ORANG PINGGIRAN***SRIKANDI GNP DIVISI HONG KONG SABET JUARA 3 DALAM LOMBA MARS KEBANGSAAN***STOP PRESS AKAN DILAKUKAN BAGI ANGGOTA DARI MEDIA ONLINE SURYAJAGAD.NET YANG TIDAK AKTIF***
Home » » Minimnya Infrastruktur 10 Desa Perbatasan Ingin Hengkang Ke Malaysia

Minimnya Infrastruktur 10 Desa Perbatasan Ingin Hengkang Ke Malaysia

Written By Byaz.As on Kamis, 20 November 2014 | 22.00



Suryajagad.Net - Kabar 10 desa di Perbatasan Kalimantan Timur yang warganya ingin bergabung dengan Malaysia dan 3 desa di Perbatasan Kalimantan Utara yang diklaim Malaysia masuk wilayahnya, bukan sekali ini terjadi. Infrastruktur yang serba minim, membuat warga ingin berpindah kewarganegaraan.

Ke-10 desa yang diisukan ingin bergabung dengan Malaysia itu diantarnya: Long Pananeh I, Long Pananeh II, Long Pananeh III, Tiong Ohang, Tiong, Noha, Tifab, Long Apari, Long Kerioq, serta Noha dan Noha Silat. Isu lainnya di Kalimantan Utara, terdapat tiga desa, yakni Simantipal, Sinapad, dan Sinokod, yang diklaim Malaysia masuk wilayahnya. Seperti dalam rilisan fastnewsindonesia.com (19/11/2014)

Sementara itu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang memperjuangkan kepentingan daerah di tingkat nasional, disarankan membentuk tim khusus awasi kinerja pemerintah di kawasan perbatasan. Anggota DPD Fahira Idris mengatakan, ketidak berpihakan pembangunan mengakibatkan hampir semua kawasan perbatasan menjadi daerah tertinggal yang masyarakatnya hidup di bawah garis kemiskinan.

"Ini bentuk kegagalan pembangunan nasional. Saya akan mendorong agar DPD membentuk tim khusus awasi kinerja pemerintah di perbatasan,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Fahira memaklumi jika ada warga perbatasan yang ingin berpindah warga negara karena ingin mendapat kehidupan yang layak.

"Jika hidup di kawasan yang terisolasi, jalan sulit dilalui, pasokan listrik minim, jaringan telekomunikasi nyaris tidak ada, irigasi seandainya, lahan pertanian terbatas, fasilitas kesehatan, sekolah, dan pasar yang jaraknya jauh. Sementara di seberangnya (Malaysia) mereka melihat kondisi yang sebaliknya. Jadi jangan bicara nasionalisme jika hak warga perbatasan diabaikan,” ungkap Wakil Ketua Komite III DPD ini.

Dari laporan yang diterimanya, Fahira mengatakan, warga di perbatasan kerap ditawari kehidupan yang layak, diberi lahan, disediakan rumah, dan dibukakan akses jalan darat serta kabel komunikasi jika mau berpindah warga negara.

"Jika ini (laporan) benar tentu menyedihkan. Kenapa Malaysia berani seperti itu, karena mereka tahu kehidupan masyarakat kita diperbatasan memperihatinkan Pemerintah harus fokus dalam menyelesaikan ketimpangan pembangunan di kawasaan perbatasan dengan mengutamakan pendekatan kesejahteraan, bukan lagi pendekatan keamanan. Caranya menjadikan perbatasan sebagai pusat ekonomi baru sehingga infrastruktur harus segera dibangun,” pungkasnya.(Byaz)
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Penerbit: PT CAKRA BUANA RAYA, Kep.Kemenkumham RI No: AHU-0067169.AH.01.09 TH 2009
Copyright © 2011. Byaz Surya Djagad - Inovatif Dan Kooperatif - All Rights Reserved
Template MAS TEMPLATE Website Created by BSDJ TV
Proudly powered by Byaz Surya Djagad