Suryajagad.Net - Harga minyak dunia masih terus
melemah dan saat ini berada di level terendah selama lebih dari lima tahun
terakkhir. Penurunan tersebut dipicu adanya spekulasi Amerika Serikat akan meningkatkan
produksi di masa mendatang, tertinggi selama tiga dekade.
Saat
ini pemerintah tetap mempertahankan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi
meski harga minyak dunia merosot.
Hal tersebut dinilai karena nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar.
Dalam
kutipan Fasnewsindonesia.com dijelaskan, hingga pukul 09.30 WIB pagi ini,
Selasa (16/12/2014) minyak mentah dunia patokan Amerika Serikat, WTI (West
Texas Intermediate) untuk pengiriman Januari 2015 berada di level US$ 55,70 per
barel, turun 20 basis poin. Sementara patokan di pasar London, Brent Oil untuk
periode pengiriman yang sama berada di level US$ 60,84 per barel atau turun 22
basis poin.
Sementara
itu dalam rilisan Liputan6.com diuraikan oleh, Analis Energi dari Bower Group
Asia, Rangga R Fadillah mengatakan, melemahnya rupiah terhadap dolar, maka uang
yang diperlukan untuk membeli minyak menjadi lebih banyak. Lantaran biaya impor
jadi lebih tinggi. Beban tersebut bisa diringankan dengan penurunan harga
minyak.
Penurunan
harga minyak dunia menjadi pisau bermata dua bagi Indonesia. Di sisi lain
menguntungkan karena Indonesia impor minyak bisa lebih murah namun di sisi
lainnya merugikan karena pendapatan dari sektor migas menurun drastis.
Sedangkan
Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil tengah menggodok tiga opsi
kebijakan terkait harga BBM. Hanya saja Sofyan hanya memberikan dua bocoran
dari kebijakan tersebut, yakni penurunan harga BBM subsidi dan subsidi tetap
dengan varian tertentu.
"Penurunan
harga BBM subsidi salah satunya, juga subsidi tetap dengan varian. Kita akan
lihat dan hitung semuanya. Mudah-mudahan akhir bulan ini sudah ada keputusan
lebih permanen tentang masalah subsidi ini," tegas Sofyan. (Byaz)