Suryajagad.Net - Laron
adalah rayap yang bersayap, artinya rayap yang sudah memiliki usia matang dan
siap untuk mencari pasangan dan reproduksi. Laron ternyata memiliki kandungan
protein lebih tinggi daripada daging sapi dan ayam.
Laron mempunyai kandungan asam
amino yang komplit mulai asam amino treonin, lysin, leusin, serin, valin,
alanin, dan sistein. Disamping itu Laron juga mengandung vitamin B, mempunyai
kadar protein yang tinggi mencapai 65 % dan mempunyai kadar lemak 31 %, asam
lemak tak jenuh dalam tubuh laron sekitar 57%, sedangkan Asam linoleat serta
asam olet pada laron masing-masing tercatat 6,7% dan 48%.
Keluarnya laron dari sarang menjadi penanda
datangnya musim penghujan sudah tiba atau pergantian musim. Laron-laron yang
keluar ini dijadikan sumber rejeki bagi sebagian orang. Pada musim penghujan
kerumunan laron kerap muncul dari tempat singgahnya di dalam tanah. Serangga
bersayap ini adalah bentuk metamorfosis sempurna dari rayap.
Dalam pantaun Suryajagad.net pada
hari minggu pagi (21/12/2014) anak-anak bermain sambil memburu laron yang
berterbangan. Sementara itu ibu-ibu sedang nyelung (nyelung dari dari bahasa
Kawi Jawa yang artinya mencari). Di Jawa, apalagi di daerah pedesaan tepatnya
Desa Banjaransari Ngawi, kegiatan nyelung Laron ini masih dilakukan, jenis
serangga ini kerap dijadikan sebagai santapan. Laron biasa dimasak menjadi
berbagai macam menu olahan, seperti: telur dadar laron, rempeyek laron, laron
goreng, hingga botok laron.
“Mumpung musim hujan sudah datang
dan banyak laron yang keluar, iseng-iseng
nyelung. Lumayan bisa untuk lauk dan juga pakan burung. Biasanya laron ini akan di goreng atau dibikin
rempeyek. Rasa yang gurih dan lezat,”terang Mbah Painem.
Lebih lanjut dia menenrangkan,
Bagi yang alergi dengan protein Laron jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya,
karena bisa biduran, gatal atau tubuh menjadi bengkak. Kejadian ini sangat wajar,
sebab tubuh merespon protein laron adalah protein asing.. Bagi yang kebal
terhadap protein laron, maka ini adalah makanan yang sangat eksotis sebab hanya
ada saat awal musim penghujan. Laron memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi,
sebab harganya bisa mahal saat laron dijadikan pakan burung. Laron bisa setara
dengan kroto ( anak semut rang-rang),”terangnya.
Serangga dari famili isoptera ini
memang unik. Ada yang menjauhi ada juga yang mencari. Ada yang alergi namun ada
juga yang begitu menikmati. Dibalik itu semua, ada sebuah siklus biologis yakni
perjuangan hidup mati untuk mencari pasangan lalu kawin dan mencari tempat yang
baru. Ada sebagian masyarakat yang tidak menyukai Laron. Namun banyak juga yang
menikmati yang pasti Nyelung suatu tradisi yang unik dan juga butuh perjuangan.
(Byaz)