***BEDAH TUNTAS BUDIDAYA AGROBISNIS SEMUT RANG-RANG MSB***BERSINERGINYA GNP DENGAN MSB TEBAR KEBAHAGAIAN UNTUK ORANG PINGGIRAN***SRIKANDI GNP DIVISI HONG KONG SABET JUARA 3 DALAM LOMBA MARS KEBANGSAAN***STOP PRESS AKAN DILAKUKAN BAGI ANGGOTA DARI MEDIA ONLINE SURYAJAGAD.NET YANG TIDAK AKTIF***
Home » » Tradisi Nyelung Laron Di Ngawi

Tradisi Nyelung Laron Di Ngawi

Written By Byaz.As on Minggu, 21 Desember 2014 | 23.00

Suryajagad.Net -  Laron adalah rayap yang bersayap, artinya rayap yang sudah memiliki usia matang dan siap untuk mencari pasangan dan reproduksi. Laron ternyata memiliki kandungan protein lebih tinggi daripada daging sapi dan ayam.

Laron mempunyai kandungan asam amino yang komplit mulai asam amino treonin, lysin, leusin, serin, valin, alanin, dan sistein. Disamping itu Laron juga mengandung vitamin B, mempunyai kadar protein yang tinggi mencapai 65 % dan mempunyai kadar lemak 31 %, asam lemak tak jenuh dalam tubuh laron sekitar 57%, sedangkan Asam linoleat serta asam olet pada laron masing-masing tercatat 6,7% dan 48%.

Keluarnya laron dari sarang menjadi penanda datangnya musim penghujan sudah tiba atau pergantian musim. Laron-laron yang keluar ini dijadikan sumber rejeki bagi sebagian orang. Pada musim penghujan kerumunan laron kerap muncul dari tempat singgahnya di dalam tanah. Serangga bersayap ini adalah bentuk metamorfosis sempurna dari rayap.

Dalam pantaun Suryajagad.net pada hari minggu pagi (21/12/2014) anak-anak bermain sambil memburu laron yang berterbangan. Sementara itu ibu-ibu sedang nyelung (nyelung dari dari bahasa Kawi Jawa yang artinya mencari). Di Jawa, apalagi di daerah pedesaan tepatnya Desa Banjaransari Ngawi, kegiatan nyelung Laron ini masih dilakukan, jenis serangga ini kerap dijadikan sebagai santapan. Laron biasa dimasak menjadi berbagai macam menu olahan, seperti: telur dadar laron, rempeyek laron, laron goreng, hingga botok laron.

“Mumpung musim hujan sudah datang dan banyak laron  yang keluar, iseng-iseng nyelung. Lumayan bisa untuk lauk dan juga pakan burung.  Biasanya laron ini akan di goreng atau dibikin rempeyek. Rasa yang gurih dan lezat,”terang Mbah Painem.

Lebih lanjut dia menenrangkan, Bagi yang alergi dengan protein Laron jangan coba-coba untuk mengkonsumsinya, karena bisa biduran, gatal atau tubuh menjadi bengkak. Kejadian ini sangat wajar, sebab tubuh merespon protein laron adalah protein asing.. Bagi yang kebal terhadap protein laron, maka ini adalah makanan yang sangat eksotis sebab hanya ada saat awal musim penghujan. Laron memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, sebab harganya bisa mahal saat laron dijadikan pakan burung. Laron bisa setara dengan kroto ( anak semut rang-rang),”terangnya.

Serangga dari famili isoptera ini memang unik. Ada yang menjauhi ada juga yang mencari. Ada yang alergi namun ada juga yang begitu menikmati. Dibalik itu semua, ada sebuah siklus biologis yakni perjuangan hidup mati untuk mencari pasangan lalu kawin dan mencari tempat yang baru. Ada sebagian masyarakat yang tidak menyukai Laron. Namun banyak juga yang menikmati yang pasti Nyelung suatu tradisi yang unik dan juga butuh perjuangan. (Byaz)
Share this article :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Penerbit: PT CAKRA BUANA RAYA, Kep.Kemenkumham RI No: AHU-0067169.AH.01.09 TH 2009
Copyright © 2011. Byaz Surya Djagad - Inovatif Dan Kooperatif - All Rights Reserved
Template MAS TEMPLATE Website Created by BSDJ TV
Proudly powered by Byaz Surya Djagad