Suryajagad.Net – Musim hujan datang membawa berkah tersendiri untuk
masyarakat Kecamatan Bringin yang
tinggal di sekitar hutan jati. Warga
sekitar berbondong-bondong ke hutan untuk mencari enthung jati. Warga memanfaatkannya sebagai pakan burung berkicau,
tetapi kebanyakan warga memanfaatkannya untuk di konsumsi.
Saat Suryajagad.Net mendatangi wilayah tersebut untuk ikut serta mencari enthung jati bersama team Gerakan Ngawi Peduli (GNP), ada sesuatu yang sangat unik dan menarik.
Menurut Supriadi ketua Gerakan
Ngawi Peduli Divisi Kecamatan Bringin, warga sekitar hutan maupun perkebunan
jati bila musim hujan tiba memanfaatkan waktu senggangnya untuk mencari enthung
jati. Selain untuk dijual juga di konsumsi karena mengandung protein tinggi.
"Enthung jati atau kepompong
ulat jati ini ternyata mengandung asam amino, dan protein hewani yang cukup
tinggi. Hasila penelitian kandungan lemak pada kepompong ulat jati mencapai
9,0089 persen dan kandungan proteinnya juga tinggi mencapai 64 persen. Selain
di konsumsi Enthung jati dijual untuk pakan burung, bagi yang tidak biasa
jangan coba - coba. Bagi sebagian orang, enthung bisa menyebabkan alergi berupa
gatal - gatal di sekujur tubuh, orang jawa biasa menyebut biduren,” terangnya pada saat ikut exspidisi wisata kuliner
enthung jati,Selasa sore (6/01/2015)
Lebih lanjut dia menjelaskan,
keberadaan enthung jati biasanya
menempel di bawah serakan sampah ataupun daun jati yang jatuh ke tanah. Bahkan
ada beberapa di antaranya yang terpendam di bawah tanah. Musim enthung biasanya
datang setahun sekali beberapa saat setelah datangnya musim hujan. Enthung
berwarna coklat tua sampai kehitaman dengan ukuran panjang kira - kira 2 cm.