Suryajagad.Net - Hong kong, Negara kepulauan yang saat ini dikenal
sebagai Negara bisnis, menjadi tempat paling favorit untuk tujuan kerja sebagian
besar TKW Indonesia. Bekerja di Hong Kong, konon sangat menyenangkan. Di Negara
bekas jajahan Inggris ini, para TKW diperlakukan selayaknya karyawan yang
memiliki jam kerja delapan jam sehari, libur satu minggu sekali, dan uang
lembur bila bekerja diluar perjanjian.
Namun karena ulah beberapa oknum
yang tergerus pergaulan bebas sehingga citra TKW Indonesia sedikit ternoda. Dalam
penelusuran Kontributor Suryajagad.Net di Hong Kong dijelaskan tidak semua para
Pahlawan Devisa tergerus pergaulan bebas.
“Kalau saja mereka bisa lebih
mengenal BMI Hong kong lebih dekat lagi,pasti mereka menemukan banyak kegiatan
yang positif.banyak BMI Hong kong yang meluangkan waktu libur untuk menambah
ilmu untuk bekal nanti di kampung,misalnya belajar menjahit,belajar bikin kerajinan
tangan,belajar merias dan,banyak majelis Ta’lim yang anggotanya para Pahlawan
Devisa mengadakan pengajian akbar mengudang ustadz ternama dari Indonesia,”
ujar Martifah BMI asal Lamongan pada Suryajagad.Net, Minggu (01/02/2015)
Dalam pantauan Kontributor Suryajagad.Net
di Hong Kong, Martifah (43) dan teman-teman BMI tatkala libur berkumpul membuat
kerajinan sarung bantal serta pernak pernik kerajinan tangan lainnya. Komunitas
yang belum diberi nama dibawah pimpinan Kayah (42) BMI asal Trenggalek tersebut
anggotanya sudah mencapai 500 orang.
“Tatkala libur kami berkumpul di dekat
jembatan Causeway Bay Hong Kong. Saling belajar sesama BMI. Alhamdulillaah
hasil kerajinan tangan tersebut bisa menambah penghasilan. Contoh satu sarung
bantal dengan modal 50 dollar Hong Kong dikerjakan setengah jam bisa laku 80
dollar,”terang Kayah ketua dari komunitas kerajinan tangan yang belum diberi
nama tersebut.
Sementara itu kegiatan pelatihan
kerajinan tangan tersebut sudah berjalan 5 bulan dan makin hari para peminat dari
BMI Hong Kong untuk belajar makin bertambah banyak.
“Harapan kami teman-teman yang
belajar kerajinan tangan ini, apabila pulang di Indonesia mempunyai keahlian
dan mampu mengembangkan kreatifitas lebih maju serta lebih berkembang. Jadi
citra negatif tanggapan dari masyarakat yang belum mengenal lebih dekat BMI
yang di Hong Kong akan pudar dengan semua kegiatan positif ini,” pungkasnya.
Pewarta : Ipa Puji Lestari
Editor : Byaz
1 Comments
