Suryajagad.Net – Sembilan bulan sepuluh hari kita dalam kandungan
ibunda. Siang malam selalu hati-hati menjaga kita yang masih dalam kandungan.
Saat kita mau lahir untuk menghirup udara dunia perjuangan Ibunda nyawa menjadi
taruhannya. Tatkala kita masih dalam usia balita perjuangan ,pengorbanan orang
tua kita terus tidak berhenti. Mendidik
merawat agar kelak kita menjadi orang sholeh sholehah, berbakti pada nusa
bangsa,oang tua dan agama. Namun apa yang didapat oleh orang tua tatkala kita
sudah dewasa dan bisa dibilang menjadi orang yang sukses….???
Cerita iya orang tua hanya
mendapatkan cerita tentang kesuksesan anaknya. Hanya sebuah kebanggan bercerita
anaknya telah hidup sukses dan menjadi orang yang berguna.
“Alhamdulillaah anakku sudah
bekerja dan hidup bersama anak istrinya. Cerita itu selalu orang tua kita
ceritakan dikala bertemu dengan tetangga ataupun dimana berkumpul dengan orang
lain saat membicarakan cerita anak.” Lalu apa yang kita lakukan untuk orang tua,
apa yang telah kita berikan untuk orang tua, hanya sebuah cerita.
Disaat kita sudah berdampingan
dengan anak istri dan suami, disibukan dengan sebuah rutinitas duniawi orang
tua terlupakan. Terkadang kita malu melihat kondisi orang tua yang sudah tua,jelek,tidak
sepandai dan sebanding derajatnya dalam pergaulan dengan apa yang telah kita
raih.
Hidup adalah semacam musafir yang
berjalan dan kebetulan berteduh dalam suatu ruang , disana ada anak, istri
dan suami. Setelah itu pergi untuk menggapai tujuan masing-masing. Dalam
perjalanan itu kita manusia yang hidup membuat album kenangan. Hanya kenangan
yang tersisa setelah perjalanan dengan kotrak waktu kita masing-masing.
Setelah
kontrak itu usai kita pergi dengan tujuan masing-masing sesuai dengan perbuatan
kita, dialah teman setia yang menemani kita. Sertifikat tanah, rumah
mewah tetap tertinggal dirumah, sedangkan mobil mewah hanya menghantar di
tepi kuburan, dan sanak saudara berebut untuk saling berbagi, alih-alh damai,
kerap berakhir diujung pengadilan.
Ada sejuta alasan untuk berhenti,
tapi cukup satu alasan untuk terus berusaha,hidup hanya sekali, jangan akhiri
tanpa arti. Ketika menghadapi sebuah kematian orang terdekat, rasa sedih dan
duka cita tak terelakkan, kita ingin dia hidup dan selalu bersama kita. Namun
waktu tidak dapat diputar balik, mereka menjadi masa lalu. Namun apakah yang
menarik dari kondisi ini, yakni cerita tentang bahwa hidup akan penuh arti bila
kita melayani mereka yang tidak mampu membalas kebaikkan kita, disinilah letak
ketulusan hati seseorang.
Jadikan orang tuamu raja, maka
rezekinya seperti raja. Orang-orang hebat dan sukses semuanya memperlakukan
orang tuanya seperti raja. Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan
memprioritaskan orang tuanya. Baik dalam keadaan sakit mapun sehat.
Jangan perlakukan orang tua
seperti pembantu. Orang tua sudah melahirkan dan membesarkan kita, masih sampai
hati kita minta uang ke mereka padahal kita sudah dewasa. Atau, orang tua
diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja. Bila ini yang terjadi
maka rezeki orang itu, rezeki pembantu karena dia memperlakukan orang tuanya
seperti pembantu. Meskipun suami-istri bekerja, rezekinya tetap kurang.
Siapa
yang paling sukses dan siapa yang paling susah,jawabnya semua sama. Anak-anak
yang sukses adalah yang memperlakukan orang tuanya seperti raja. Dan anak-anak
yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri
dan sedikit mengabaikan orang tuanya. Jangan lukai hatinya dengan sebuah
tindakan tercela karena yang didapat oleh orang tua dari anaknya hanya sebuah
cerita. (Byaz)