Suryajagad.Net–Kepolosan, kejujuran dan keluguan menjadi pilar utama
dalam beradaptasi bermasyarakat. Tampil apa adanya dan selalu gigih berjuang, dalam melakukan sosialisasi, membangkitkan rasa kepedulian untuk sesama.
Berusaha memberikan senyum,motivasi dan semangat hidup, untuk mereka orang
pinggiran. (Baca Senyum Orang Pinggiran Mengembang Saat GNP Datang)
Sebuah perjuangan misi sosial,
yang hanya bermodalkan tekad dan semangat. Banyak rintangan, kritikan, cacian, fitnahan
menghadang dalam menjalankan misi tersebut. Namun, sebesar apapun semua
rintangan yang menghadang, berusaha untuk tetap melangkah dan menjadikan cabuk
semangat untuk terus berkarya. (Baca Tragedi Berdarah Saat Menggali Sejarah)
Banjar Maibit, sebuah nama pemberian
dari Sugiono (47), salah satu orang pinggiran yang pernah hidup 15 tahun di
hutan, bersama istri dan ketiga anakanya. Julukan nama tersebut, diberikan untuk para penggiat sosial, yang
tergabung dalam komunitas “Gerakan Ngawi Peduli”. (Baca Hidup 15 Tahun Di Hutan Bersama Anak Istri)
Banjar sebuah kata
dari bahasa jawa yang berartikan pikulan. Sedangkan Maibit kepanjangan dari kalimat
mobat mabit (bahasa jawa) yang berartikan,selalu berterbangan,bergentayangan ke
semua penjuru arah.
Definisi Banjar maibit adalah, memikul
beban penderitaan sesama, selalu berterbangan,bergentayangan keseluruh penjuru
arah, untuk mensosialisasikan dan membangkitkan rasa kepedulian.
Dalam terminologi dakwah dan
tarbiyah, mabit adalah adalah salah satu sarana tarbiyah untuk membina ruhiyah,
melembutkan hati, membersihkan jiwa, dan membiasakan fisik untuk beribadah
(khususnya shalat tahajjud, dzikir, tadabbur dan tafakkur). Meningkatkan iman
dan taqwa serta dalam perjalanan hidup hanya mengharapkan ridho dari Allah Ta’ala.
(Byaz)