Suryajagad.Net - Secara fitrah
manusia, pastilah senang jika dirinya dipuji. Saat pujian datang dari berbagai
kalangan. Berbunga-bunga, bangga, senang. Itu manusiawi. Namun hati-hatilah, jangan
sampai riya’ menghiasi amal ibadah kita karena di setiap amal ibadah yang kita
lakukan dituntut sebuah keikhlasan.
Niat yang ikhlas sangatlah
diperlukan dalam setiap amal ibadah karena ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya
suatu amal. Sebuah niat dapat mengubah amalan kecil menjadi bernilai besar dan
sebaliknya, karena terbesit unsur riya’ dihati mampu mengubah amalan besar
menjadi tidak bernilai sama sekali.
Riya’ adalah menampakkan ibadah
dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut. Amalan
yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Namun apabila amalan tercampur
riya’ akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya
saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan tersebut.
Pernahkah kita mendengar langkah
laki seekor semut, Suara langkahnya begitu samar bahkan tidak dapat kita
dengar. Seperti inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan
kesamaran riya’. Beliau Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Kesyirikan itu lebih samar dari
langkah kaki semut.” Lalu Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah
kesyirikan itu ialah menyembah selain Allah atau berdoa kepada selain Allah
disamping berdoa kepada selain Allah?” maka beliau bersabda.”Bagaimana engkau
ini. Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah kaki semut.” (HR Abu
Ya’la Al Maushili dalam Musnad-nya, tahqiq Irsya Al Haq Al Atsari, cetakan
pertama, tahun 1408 H, Muassasah Ulum Al Qur’an, Beirut, hlm 1/61-62.
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Targhib, 1/91)
Pada dasarnya manusia memiliki
kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini menyebabkan riya’ menjadi
sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, kita merasa telah beramal ikhlas
karena Allah, namun ternyata secara tak sadar kita telah terjerumus kedalam
penyakit riya’.
Riya’ adalah penyakit kronis dan
berbahaya. Ia membutuhkan pengobatan dan terapi serta bermujahadah
(bersungguh-sungguh) supaya bisa menolak bisikan riya’, sambil tetap meminta
pertolongan Allah Ta’ala untuk menolaknya.
Semoga Allah ta’ala menjadikan
kita seorang mukhlishah, senantiasa berusaha untuk menjaga niat dari setiap amalan
yang kita lakukan.
Sumber : Muslimah.or.id
Editor : Byaz