Suryajagad.Net - Hidup ini penuh lika - liku, terkadang senang, terkadang sedih. Terkadang mendapatkan
rejeki, tidak jarang pula mendapatkan cobaan. Ada yang menyukai , ada juga yang
membenci . Tidak jarang kita yang
selalu punya kecenderungan untuk menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari
kesalahan orang lain. Begitu mudahnya menuntut dan mengkritik orang lain.
Seperti yang disampaikan Amin Surya saat memberikan
pembelajaran tauhid dan aqidah serta memotivasi anak-anak yayasan Bina Insani
Ngawi. Dalam acara menjalin silaturrahmi GNP dan Yayasan Bina Insani. Sabtu
(01/08/2015)
“Memang tidak ada larangan dalam mengkritik
,namun dalam menyampaikan kritik, saran atau sebuah koreksi, sebaiknya tetap menghormati orang yang dikritik.
Karena itu dalam menyampaikan informasi yang sifatnya sebuah koreksi,
sebaiknya menyampaikan dengan cara yang baik, ramah, lembut santun dan bijak. Jangan
pernah menyampaikan dengan cara yang langsung menyudutkan dan menyalahkan,”
tuturnya Amin Surya Pembina Padepokan Byaz Surya Djagad.
Sebagai manusia memang telah
diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah ta’ala terang Amin Surya, termasuk
nikmat dapat berbicara. Akan tetapi, banyak yang salah menggunakan nikmat ini.
Mereka tidak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan, seharusnya dapat
dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang beriman kepada Allah, hendaklah ia berkata yang baik atau diam”
(Muttafaq ‘Alaihi) Lalu dalam hadist lain disebutkan: “Allah ta’ala
memberi rahmat kepada orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau
diam lalu mendapat keselamatan.” (HR. Ibnul Mubarak)
Lidah kita itu sangat berbahaya
sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan. Imam Ghazali telah menghitung ada
20 bencana karena lidah antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain),
adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna,
menertawakan orang lain, menghina orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain
dan lain sebagainya.
Dalam mengkritik, kita harus
bijak, kita juga harus memusatkan perhatian pada kemampuan orang yang
kita kritik. Carilah satu kelebihan dalam diri orang tersebut. Walaupun
tampaknya dimata kita kemampuannya sepele dan kita masih bisa jauh lebih baik
dari orang tersebut. Namun, cobalah bertanya pada diri sendiri, bagaimana bila
kita berada di posisi orang yang kita kritik, tanpa mempertimbangkan
sedikitpun, kebenaran dan kemampuannya?
Kita juga harus memeriksa kembali
apa motif kita mengkritik (tanyakan dengan jujur pada diri sendiri).
Dan tanyakan juga apa keuntungan yang kita raih setelah mengkritik dan
mencari-cari kesalahan orang lain. Karena, apabila yang namanya
kritik itu, hanyalah sebuah upaya untuk menonjolkan konsep tentang diri
sendiri. Atau kadang untuk membuktikan bahwa kita lebih pintar dari
orang yang kita kritik. Jika motif kita seperti itu, maka segeralah berhenti
untuk mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang lain. Ketahuilah, tidak ada
orang yang luput dari salah dan khilaf, dan begitupun diri kita,” terangnya
dihadapan anak-anak Yayasan Bina Insani dalam melatih Muhasabah Nafsi.
Daripada kita terus menerus
menyibukkan dan melelahkan diri kita dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari
kesalahan dan kelalaian orang lain, yang bisa kita jadikan senjata untuk
menyerangnya, bukankah lebih baik kita berpikir positif. Coba tanyakan dengan
jujur pada diri kita sendiri, sudah mampukah kita berbuat lebih baik dari orang
yang kita kritik atau kita cari-cari kesalahannya?
Caranya hanya satu, yakni
dengan pembuktian, lakukanlah ”sama persis” ”segala hal” yang dilakukan
orang yang kita cari-cari kesalahannya. Kita buktikan pada diri sendiri dan
dunia, apakah kita bisa melakukannya sama dengan orang yang kita cari-cari
kesalahan atau kekurangannya, atau juga kita bisa melakukannya lebih baik dari
orang tersebut? Semua ini hanya bisa diketahui dengan ”pembuktian”.
Sebagai umat islam tidak berhak
untuk mencari-cari kesalahan orang lain lalu menyebarkannya apalagi berusaha
mempermalukan orang tersebut didepan umum, dengan menggunakan ilmu kepandaian
kita.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW
berikut ini: ”Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena
sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah
kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan dan mencari-carikesalahan
orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi,
jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, nomer (6064) dan
Muslim, nomer (2563).
Perhatikan firman Allah ta’ala
berikut ini: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berburuk sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari berburuk sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujuraat
[49] : 12), “ pungkasnya.