Suryajagad.Net - Kejernihan
dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala diri ditimpa kritik
celaan atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan iman niscaya akan
mudah goyah dan resah. Selalu akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan
memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan
cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawan tersebut atau mencari dalih-dalih untuk
membela diri yang ternyata ujung dari perbuatan tersebut hanya akan membuat
diri semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.
Orang yang memiliki kejernihan hati
dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritik celaan serta penghinaan
seberat atau sedahsyat apapun dia tetap tegar tidak goyah sedikitpun. Namun
justru menikmati karena yakin betul bahwa semua musibah yang menimpa tersebut
semata-mata terjadi dengan seijin Allah ta’ala.
Allah tahu persis segala aib dan
cela hambanya dan Dia berkenan memberitahu dengan cara apa saja dan melalui apa
saja yang dikehendakinya. Terkadang terbentuk nasehat yang halus adakala lewat
obrolan dan guyonan seorang teman bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas
dan menyakitkan. Diapun bisa muncul melalui lisan seorang guru ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh atau siapa saja. Itu sudah menjadi kehendak Allah ta’ala.
Kenapa harus merepotkan diri
membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharus
kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar mereka sudi
meluangkan waktu memberitahu segala kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal
shaleh kita di akhirat kelak.
Karena jangan aneh jika kita saksikan
orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika dihina dan dicaci sama sekali tidak
menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan. Sebalik mereka malahan bersikap
penuh dengan kemuliaan memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda
terima kasih atas pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat terlihat oleh
diri sendiri tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang
yg tak menyukainya.
Ketahuilah ada tiga bentuk sikap
orang yang menyampaikan kritik. Pertama, celaan yang disebutkan oleh orang yang
mencela itu benar-benar ada pada kita, dan mencela karena bermaksud untuk
menasihati kita dan merasa kasihan kepada kita. Kedua, celaan yang disebutkan
oleh orang yang mencela itu benar-benar ada pada kita, namun dia mencela karena
bermaksud untuk menjelek-jelekkan dan menyakiti kita dengan cara mencela kita.
Ketiga, celaan yang disebutkan
oleh orang yang mencela itu ternyata tidak ada pada kita. Artinya orang yang
mencela tersebut hanya mengada-ngada, yaitu menyandarkan kekurangan atau
kesalahan pada kita, padahal kekurangan atau kesalahan yang disebutkan itu
tidak ada pada kita.
Bentuk kritik yang manapun datang
kepada kita semua menguntungkan. Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita
dihadapan siapapun, sekira sikap kita dalam menghadapi penuh degan kemuliaan
sesuai dengan ketentuan Allah ta'ala. Karena sesungguh kemuliaan dan keridhoannyalah
yang menjadi penentu itu. Bagi kita yang berlumur dosa ini haruslah senantiasa
waspada terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan
berbagai bentuk. (Byaz)