Suryajagad.Net - Bangsa kita setiap tahun merayakan Hari Pahlawan
pada 10 November. Pada saat itulah kita mengenang jasa para pahlawan yang telah
bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan
mempertahankan kemerdekaan. Kita memilih 10 November sebagai Hari Pahlawan
karena pada tanggal tersebut 70 tahun silam para pejuang kita bertempur
mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya.
Saat itu kita hanya mempunyai
beberapa pucuk senjata api, selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing.
Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk melawan penjajah. Kita masih
ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang mampu
menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya.
Setiap tahun kita mengenang jasa
para pahlawan. Namun terasa, mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun.
Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Peringatan yang kita lakukan
sekarang cenderung bersifat seremonial.
Tugas berat sudah menanti untuk kita
saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai
dengan perkembangan zaman. Menghadapi situasi seperti sekarang kita berharap
muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita
dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10
November, termasuk pada hari ini. Bangsa ini sedang membutuhkan banyak
pahlawan, pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, Indonesia yang adil
dan demokratis, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kita mencatat beberapa wilayah
Indonesia masih dihantui tindakan teror. Kita membutuhkan orang yang berani
untuk menangkap pelakunya. Negeri kita sedang dililit kanker korupsi yang sudah
mencapai stadium terakhir. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk
memberantasnya.
Komunitas penggiat sosialpun bisa diartikan pahlawan. Seperti yang dilakukan Komunitas Penggiat Sosial Gerakan Ngawi Peduli. Mereka berjuang tanpa pamrih, gencar mensosialisasikan rasa kepedulian untuk sesama.
Komunitas penggiat sosialpun bisa diartikan pahlawan. Seperti yang dilakukan Komunitas Penggiat Sosial Gerakan Ngawi Peduli. Mereka berjuang tanpa pamrih, gencar mensosialisasikan rasa kepedulian untuk sesama.
Berbagi kebahagian dan berusaha
menumbuhkan senyum keceriaan bagi mereka yang terpinggirkan oleh zaman. Selalu bergentayangan,
bergerilya dan berusaha untuk membimbing mereka dalam kemandirian dalam
kewirausahaan. Rintangan, ujian mendera disetiap bergentayangan
mensosialisasikan rasa kepedulian. Modal patungan mereka jadikan andalan dalam
bergentayangan.
Apakah mereka para penggiat
sosial tersebut layak disebut pahlawan?
Meskipun mereka tidak membutuhkan sebutan ataupun pengakuan. Sebenarnya setiap
orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak
hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap
hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan
keluarga. Menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan
masing-masing.
Memang tidak mudah untuk menjadi
pahlawan. Mungkin lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan bakiak. Menjadi
pahlawan kesiangan, yakni orang yang baru mau berjuang setelah masa sulit berakhir
atau orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah
peperangan selesai menyatakan diri sebagai pejuang.
Hari ini kita merayakan Hari
Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam. Kita bertanya pada
diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam
bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas
dan wajar. Itulah pahlawan sekarang. Terlahir dari kesederhanaan tercipta untuk
kebersamaan, indahnya untuk saling berbagi sambut sentum mereka esok hari.
(Byaz)