Suryajagad.Net - Dengan pertimbangan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun
2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Presiden Joko Widodo
pada tanggal 4 November 2015 telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor
131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019.
Dalam Perpres itu disebutkan,
Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional.
Suatu daerah ditetapkan sebagai
Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria: a. perekonomian masyarakat; b. sumber
daya manusia; c. sarana dan prasarana; d. kemampuan keuangan daerah; e.
aksesibiltas; dan f. karakteristik daerah.
“Kriteria ketertinggalan sebagaimana
dimaksud diukur berdasarkan indikator dan sub indikator. Ketentuan mengenai
indikator dan sub indikator sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan daerah
tertinggal,” bunyi Pasal 2 ayat (2,3) Perpres tersebut.
Menurut Perpres ini, Pemerintah
menetapkan Daerah Tertinggal setiap 5 (lima) tahun sekali secara nasional
berdasarkan kriteria, indikator, dan sub indikator ketertinggalan daerah.
Penetapan Daerah Tertinggal sebagaimana dimaksuddilakukan berdasarkan usulan
Menteri dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah.
Dalam hal adanya pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah kabupaten; atau upaya mengatasi keadaan luar
biasa, keadaan konflik, atau bencana alam, menurut Perpres ini, Presiden
dapat menetapkan Daerah Tertinggal baru.
Dengan Peraturan Presiden ini
ditetapkan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini,
yaitu:
1. Provinsi Aceh: Kab. Aceh
Singkil. 2. Prov. Sumatera Utara: 1. Kab. Nias; 2. Kab. Nias Selatan; 3. Kab.
Nias Utara; 4. Kab. Nias Barat. 3. Prov. Sumatera Barat: 1. Kab. Kepulauan
Mentawai; 2. Kab. Solok Selatan; 3. Kab. Pasaman Barat. 4. Prov. Sumatera
Selatan: 1. Kab. Musi Rawas; 2. Kab. Musi Rawas Utara. 5. Prov. Bengkulu: Kab.
Seluma. 6. Prov. Lampung: 1. Kab. Lampung Barat; 2. Kab. Pesisir Barat.
7. Prov. Jawa Timur: 1. Kab.
Bondowoso; 2. Kab. Situbondo; 3. Kab. Bangkalan; 4. Kab. Sampang. 8. Prov.
Banten: 1. Kab. Pandeglang; 2. Kab. Lebak. 9. Prov. NTB: 1. Kab. Lombok Barat;
2. Kab. Lombok Tengah; 3. Kab. Lombok Timur; 4. Kab. Sumbawa; 5. Kab. Dompu; 6.
Kab. Bima; 7. Kab. Sumbawa Barat; 8. Kab. Lombok Utara. 10. Prov. NTT: 1. Kab.
Sumba Barat; 2. Kab. Sumba Timur; 3. Kab. Kupang; 4. Kab. Timor Tengah Selatan;
5. Kab. Timor Tengah Utara; 6. Kab. Belu; 7. Kab. Alor; 8. Kab. Lembata; 8.
Kab. Ende; 9. Kab. Manggarai; 10. Kab. Rote Ndao; 11. Kab,. Manggarai Barat;
12. Kab. Sumba Tengah; 13. Kab. Sumba Barat Daya; 14. Kab. Nagekeo; 15. Kab.
Manggarai Timur; 16. Kab. Sabu Raijua; 17. Kab. Malaka.
11. Prov. Kalimantan Barat: 1.
Kab. Sambas; 2. Kab. Bengkayang; 3. Kab. Landak; 4. Kab. Ketapang; 5. Kab.
Sintang; 6. Kab. Kapuas Hulu; 7. Kab. Melawi; 8. Kab. Kayong Utara. 12. Prov.
Kalimantan Tengah: 1. Kab. Seruyan. 13. Prov. Kalimantan Selatan: 1. Kab. Hulu
Sungai Utara. 14. Prov. Kalimantan Timur: 1. Kab. Nunukan; 2. Kab. Mahakam Ulu.
15. Prov. Sulawesi Tengah: 1.
Kab. Banggai Kepulauan; 2. Kab. Donggala; 3. Kab. Toli-Toli; 4. Kab. Buol; 5.
Kab. Parigi Moutong; 6. Kab. Tojo Una-Una; 7. Kab. Sigi; 8. Kab. Banggai Laut;
9. Kab. Morowali Utara. 16. Prov. Sulawesi Selatan: 1. Kab. Janeponto. 17.
Prov. Sulawesi Tenggara: 1. Kab. Konawe; 2. Kab. Bombana; 3. Kab. Konawe
Kepulauan. 18. Prov. Gorontalo: 1. Kab. Boalemo; 2. Kab. Pohuwato; 3. Kab.
Gorontalo Utara. 19. Prov. Sulawesi Barat: 1. Kab. Polewali Mandar; 2. Kab.
Mamuju Tengah.
20. Prov. Maluku: 1. Kab. Maluku
Tenggara Barat; 2. Kab. Maluku Tengah; 3. Kab. Buru; 4. Kab. Kepulauan Aru; 5.
Kab. Seram Bagian Barat; 6. Kab. Seram Bagian Timur; 7. Kab. Maluku Barat Daya;
8. Kab. Buru Selatan. 21. Prov. Maluku Utara: 1. Kab. Halmahera Barat; 2. Kab.
Kepulauan Sula; 3. Kab. Halmahera Selatan; 4. Kab. Halmahera Timur; 5. Kab.
Pulau Morotai; 6. Kab. Pulau Taliabu.
22. Prov. Papua Barat: 1. Kab.
Teluk Wondama; 2. Kab. Teluk Bintuni; 3. Kab. Sorong Selatan; 4. Kab. Sorong;
5. Kab. Raja Ampat; 6. Kab. Tambrauw; 7. Kab. Maybrat. 23. Prov. Papua: 1. Kab.
Merauke; 2. Kab. Jayawijaya; 3. Kab. Nabire; 4. Kab. Kepulauan Yapen; 5. Kab.
Biak Numfor; 6. Kab. Paniai; 7. Kab. Puncak Jaya; 8. Kab. Boven Digoel; 9. Kab.
Mappi; 10. Kab. Asmat; 11. Kab. Yahukimo; 12. Kab. Pegunungan Bintang; 13. Kab.
Tolikara; 14. Kab. Sarmi; 15. Kab. Keerom; 16. Kab. Waropen; 17. Kab. Supiori;
18. Kab. Memberamo Raya; 19. Kab. Nduga; 20. Kab. Lanny Jaya; 21. Kab.
Memberamo Tengah; 22. Kab. Yalimo; 23. Kab. Puncak; 23. Kab. Dogiyai; 24. Kab.
Intan Jaya; dan 25. Kab. Deiyai.
Perpres ini juga menegaskan,
bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pembangunan
daerah tertinggal dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait lainnya
melakukan evaluasi terhadap Daerah Tertinggal setiap 1 (satu) tahun sekali.
Evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan metode penghitungan: a. indeks
komposit; b. nilai selang (range); c. interval; dan/atau d. persentase desa
tertinggal pada kabupaten.
“Peraturan Presiden ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan,” bunyi Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 131
Tahun 2015 yang telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly
pada tanggal 9 November 2015 itu.
Sumber : Setkab.go.id
Editor : Byaz