Suryajagad.Net - Sebelas tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 26
Desember 2004, menjadi hari yang kelam bagi warga Nangroe Aceh Darusallam.
Gempa berkekuatan 9.3 SR disusul gelombang tsunami telah menyapu
bangunan-bangunan di Aceh. Tak hanya itu saja, gelombang tsunami itu juga telah
merenggut lebih dari 200 ribu jiwa.
Saat itu, gempa mengawali 9,3 SR
mengawali hari kelam saat itu. Sekira pukul 8.00 WIB gempa yang berpusat pada
kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh dengan kedalaman 10 kilometer, merupakan
gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam
Aceh. Gempa ini bahkan dirasakan hingga Pantai Barat Semenanjung Malaysia,
Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Dalam rilis Suryajagad.net dari Okezone.com, Sabtu (26/12/2015)
Beberapa jam setelah terjadinya
gempa, masyarakat di pesisir Aceh dipanikkan dengan adanya gelombang tsunami
yang ketinggiannya mencapai sembilan meter itu. Akibatnya, ratusan ribu jiwa
melayang akibat gelombang dahsyat ini.
Sementara itu dari kutipan
Liputan6.com. peringatan 11 tahun ini, nelayan di seluruh Aceh kompak tak
melaut. Ini merupakan kesepakatan bersama para nelayan yang dilakukan sejak
Kamis malam 24 Desember 2015.
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftah Cut Adek mengatakan, 26 Desember sudah diputuskan sebagai hari pantang melaut di Aceh, karena pada hari ini bertepatan dengan terjadinya tsunami Aceh.
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftah Cut Adek mengatakan, 26 Desember sudah diputuskan sebagai hari pantang melaut di Aceh, karena pada hari ini bertepatan dengan terjadinya tsunami Aceh.
"Sudah aturan kita mulai malam Jumat (Kamis malam) kemarin tidak melaut.
Karena hari Jumat hingga berakhirnya hari peringatan tsunami pada 26 Desember
yang merupakan hari tsunami," ujar Miftah di Banda Aceh, Aceh, Sabtu
(26/12/2015)
Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, Pemerintah Aceh akan menggelar upacara mengenang 11 tahun tsunami
Aceh. Untuk tahun ini, peringatan 11 tahun tsunami akan dipusatkan di Masjid
Rahmatullah, Lampuk, Kecamata Lhok Nga, Kabupaten Aceh Besar, pada hari ini.
Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Reza Fahlevi, menjelaskan acara sengaja dipusatkan
di Lampuuk, mengingat daerah ini termasuk salah satu terparah diterjang tsunami
2004, dan telah banyak mendapat perhatian masyarakat internasional.
Upacara tsunami kali ini bertajuk
“Memajukan Negeri Membangun Masyarakat Siaga Bencana” diharapkan tak hanya
semata hanya untuk berkumpul, mengenang, bernostalgia dan berakhir begitu saja.
Acara ini nantinya akan diisi dengan kegiatan zikir bersama dan tausyiah.
(Byaz)