Suryajagad.Net - Manusia adalah makhluk ciptaan Allah ta’ala yang
dianugerahi akal dan nafsu. Baik akal maupun nafsu berperan dalam setiap
tindakan dan keputusan manusia. Oleh karena itu manusia dibedakan antara orang
yang akalnya lebih mendominasi nafsunya dan sebaliknya. Kedua jenis manusia ini
akan sangat berbeda dalam perkataannya, perilakunya dan keputusan-keputusan
dalam menentukan pilihannya.
Perbedaan itu mungkin tak
terlihat saat kita melihatnya sekilas dari luar, tetapi akan sangat terlihat
ketika kita melihat ketika dia berinteraksi dengan orang lain dan mulai
menghadapi masalah-masalah hidupnya. Interaksi dengan manusia lain inilah yang
menjadi indikator karakter seseorang, walaupun masih ada interaksi lain yaitu
interaksi dengan lingkungan dan interaksinya dengan Tuhannya, tapi kedua
interaksi itu cenderung lebih sulit diamati dibanding interaksinya dengan
manusia lainnya.
Walaupun begitu interaksi antar manusia
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan sang pencipta. Manusia yang memiliki
kadar keimanan yang tinggi akan memperlakukan orang lain sesuai dengan ajaran
agamanya. Faktor ketuhanannya ini akan sangat mempengaruhi setiap tindakan dan
pilihan-pilihan hidupnya. Kedekatan seseorang dengan Allah ta’ala akan
tercermin dalam hubungannya dengan manusia lainnya. Manusia yang memiliki
hubungan baik dengan Allah maka akan memiliki hubungan yang baik pula dengan sesama
manusia.
Manusia memiliki 2 dimensi, yaitu
dimensi lahir dan dimensi batin. Dimensi lahir manusia adalah fisik yang kita
lihat sehari-hari sedangkan dimensi batinnya yaitu perasaan dalam hati. Dimensi
batin ini tidak dapat kita lihat, tapi dapat kita rasakan. Rasa cinta, kasih,
sayang, segan, takut, berani, dan kasihan adalah sebagian dari contoh perasaan
yang selalu ada pada manusia. Perasaan ini mewarnai pergaulan manusia
sehari-hari.
Manusia yang manusiawi memiliki
beberapa ciri. Pertama, manusia yang manusiawi memperlakukan manusia lain seperti
halnya manusia sebagai qodratnya. Setiap manusia memiliki perasaan sehingga
pasti ingin diperlakukan dengan baik, cinta kasih, ingin dihormati dan
dihargai.
Manusia yang manusiawi sangat menyadari itu. Dia akan memperlakukan
orang lain sebagaimana dia ingin diperlakukan. Dia menyayangi manusia lain dan
senantiasa memperhatikan perasaannya. Manusia yang manusiawi tidak egois dan
mementingkan dirinya sendiri. Bahkan dia akan lebih mendahulukan kepentingan
orang banyak daripada kepentingannya sendiri. Perasaannya begitu halus sehingga
dia tidak akan tega menyakiti perasaan orang lain, karena yang ada dalam
hatinya hanyalah rasa cinta kasih, bukan dendam dan iri dengki.
Ciri kedua dari manusia yang
manusiawi yaitu dia mampu menundukan nafsunya atas akalnya, sehingga segala
tindakannya merupakan hasil pemikiran yang matang dengan segala resiko bagi
dirinya dan lingkungannya. Apabila ketika dia dihadapkan kepada pilihan dimana
pilihan itu menguntungkan dirinya tetapi berdampak buruk bagi lingkungannya,
maka dia tidak akan mengambil pilihan itu. Dan begitu pula ketika dia
dihadapkan kepada pilihan dimana pilihan itu menguntungkannya untuk masa
sekarang tetapi merugikan masa depannya, maka dia pun pasti akan menolaknya.
Ketiga, manusia yang manusiawi
memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia akan sangat peduli dengan permasalahan
sosial di lingkungannya. Hal-hal yang menyangkut kemiskinan, kebodohan, bencana
alam, permasalahan kesehatan dan kejahatan kriminal selalu menyentuh nuraninya
untuk ikut serta meringankan beban saudaranya.
Memang manusia yang manusiawi
disini tidak selalu memegang peranan yang besar tapi dengan kemurnian hatinya. Dia
adalah orang yang paling concern dengan permasalahan tersebut. Justru
orang yang memegang peranan besar biasanya lebih ditunggangi kepentingan-kepentingan
tertentu. Dia tidak selalu bergerak di bidang ini, tapi da rela menyumbangkan
pemikiran serta melakukan apa yang bisa dia lakukan. Yang pasti dia selalu
menjadikan permasalahan itu sebagai wacana dalam kesehariannya dan dia tularkan
kepada orang lain di lingkungannya.
Keempat, yaitu manusia yang
manusiawi pasti memiliki hubungan yang erat dengan Allah ta’ala yang
menciptakannya. Karena sesungguhnya latar belakang seseorang bersikap dan
memiliki karakter tertentu dibagi menjadi 2, yaitu alasan duniawi dan alasan
ukhrawi. Sikap dan tindakan yang diambil berdasarkan alasan duniawi maka tidak
ada nilainya di hadapan Allah ta’ala.
Kadar ketulusan inilah yang dimiliki
oleh manusia yang manusiawi. Perasaan halus dan bersih bahwa semua amalnya
ditujukan untuk Allah semata. Hal itu memberikan ketenangan kepada semua pelaku
kebaikan. Manusia yang manusiawi memiliki keyakinan agama yang kuat. Karena
tanpa itu, manusia melakukan sesuatu dengan pertimbangan
kepentingan-kepentingan tertentu dan kepentingan-kepentingan itu tidak selalu
bermanfaat bagi orang lain. Alasan duniawi sangatlah sempit dan terbatas dan
tidak memberikan ketenangan seperti halnya alasan ukhrawi. Alasan ukhrawi ini
merupakan kekuatan hati yang tidak ternilai harganya dan tidak semua orang
memilikinya.
Sumber : Manusia Yang Manusiawi
Editor : Byaz