Suryajagad.Net - Hari Raya Nyepi
Tahun Baru Saka 1938. Berbeda dengan sebelumnya, perayaan nyepi tahun ini
terasa istimewa karena berbarengan dengan terjadinya fenomena alam Gerhana
Matahari pada Rabu (09/03/2016)
Sementara umat Hindu di Bali
merayakan tapabrata nyepi, umat Islam disunnahkan menjalankan salat gerhana.
Bahkan, sebagaimana terlihat di Jalan Banteng Banjar Taman Sari Denpasar Utara,
umat Islam berangkat ke mushala terdekat untuk Shalat Gerhana Matahari dengan
diantar dan didampingi Pecalang (petugas desa adat) setempat. Kedua belah
pihak bahkan tampak akrab saat kedua tangannya saling jabat.
Nuansa keistimewaan hari ini
bahkan sudah terasa sejak beberapa hari sebelumnya, ketika sejumlah tokoh
berkumpul dalam Rapat Koordinasi Lintas Lembaga Keagamaan dan Instansi terkait.
Seperti dalam rilis Suryajagad.Net dari laman Kemenag.go.id, Selasa (16/02/2016)
lalu.
Saat itu, para tokoh berkumpul
untuk berembug tentang hal terbaik yang perlu dilakukan untuk menjaga harmoni
dalam keragaman. Hasilnya, Seruan Bersama Majelis-Majelis Agama dan Keagamaan
Provinsi Bali digaungkan, bahwa umat beragama harus ikut menjaga kesucian
rangkaian pelaksanaan Nyepi. Umat Islam yang akan melaksanakan Shalat
Gerhana Matahari, agar menyesuaikan dengan suasana Nyepi.
Dari seruan bersama itu, umat
Islam yang akan melaksanakan Shalat Gerhana Matahari lalu berkoordinasi dengan
pecalang (petugas desa adat). Umat Islam melaksanakan Shalat Gerhana di
musholla atau masjid terdekat, berjalan kaki alias tidak berkendara.
Pelaksanaan Hari Raya Suci Nyepi
berjalan khidmat, sebagaimana kekhidmatan umat Islam menjalankan shalat. Ini
menunjukkan betapa toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama di Bali
terjaga kuat.
Selain di mushalla Jalan Banteng
Banjar Taman Sari Denpasar Utara, Shalat Gerhana Matahari juga
dilaksanakan di beberapa titik, antara lain: Masjid Al Hikmah Denpasar
Timur, Masjid Baiturrahman Desa Wanasari Dauh Puri Kaja Denpasar, dan Masjid
Nurul Huda Tuban Badung. (Byaz)