Suryajagad.Net - Berdasarkan
definisi SNI tentang keutuhan dan kepatahan bentuk beras, pada dasarnya bentuk
beras tidak mempengaruhi keamanan konsumsi beras. Faktor bentuk dan kenampakan
beras lebih berpengaruh pada nilai estetika produk dan taraf sosial
konsumennya.
Untuk mengetahui beras masih
dalam keadaan baik atau layak dikonsumsi, maka diperlukan pengetahuan menguji
atau mengindentifikasi beras tersebut. Langkah pengujian sederhana yang harus dilakukan dengan pengamatan secara inderawi.
Ambil beberapa atau segenggam
contoh beras ( ± 100 gr), untuk penentuan warna beras dilakukan secara
sederhana dengan indera penglihatan. Warna dan kilap beras normal, putih untuk
beras giling sempurna dan merah kecoklatan sampai hitam untuk beras berpigmen
merah atau hitam. Bentuk beras harus utuh.
Apabila sudah banyak yang patah,
hancur dan banyak remah (menepung) menempel ditelapak tangan, menunjukkan bahwa
beras telah disimpan dalam kurun waktu yang lama dan sebaiknya tidak
dikonsumsi.
Penentuan tekstur beras dilakukan
dengan indera perasa (kinestetik). Tekstur beras yang baik adalah masih keras,
tidak mudah patah. Beras yang baik masih terasa khas beras. Apabila sudah mulai
terasa pahit maka beras tersebut sudah terindikasi tidak layak konsumsi. Penentuan
adanya bau apek, asam, tengik atau bau lainnya dilakukan dengan indera
penciuman yang ditandai bau yang khas. Penentuan adanya bekatul, dedak
atau campuran benda asing lainnya ( kerikil, logam, tangkai padi) dilakukan
dengan pengamatan visual.
Penentuan adanya hama dan
penyakit dilakukan secara visual dan cepat dengan indera penglihatan. Ditandai
adanya hama hidup/bagian tubuh hama yang mati atau adanya busuk kering oleh
jamur dan busuk basah oleh bakteri. Bila dicurigai beras menunjukkan
tanda-tanda adanya hama dan penyakit yang berbahaya dilakukan analisis secara
laboratorium.
Apabila ada bahan kimia yang membahayakan dan merugikan konsumen
dilakukan secara visual dan cepat menggunakan indera penciuman yang ditandai
bau bahan kimia. Bila dicurigai beras menunjukkan tanda-tanda adanya bahan
kimia yang berbahaya dilakukan analisis secara laboratorium.
Sumber : BBPADI Litbang Pertanian
Editor : Byaz