Suryajagad.Net – Maksud hati
ingin membantu kelancaran perekonomi keluarga dan merantau menjadi Buruh Migrant Indonesia (BMI) di luar Negeri. Namun bukan keuntungan yang didapatkan. Hasil jerih payah
selama 7 tahun, ludes dihabiskan oleh suami untuk sesuatu yang tidak jelas.
Kejadian ini menimpa (SY) salah satu
BMI Malaysia asal Ngawi yang dinikahi (WD) asal Sragen 2002 silam. Karena ingin
membantu perekonomian suami. (SY) 2009 yang lalu, dengan berat hati meninggalkan
anak semata wayang dan suami untuk mengadu nasib ke luar Negeri.
“Hampir 7 tahun saya kerja di
Malaysia dan hasil dari jerih payah selalu diminta oleh suami. Karena dia
sebagai suami dan menjadi kepala rumah tangga, tidak terbesit kecurigaan sama sekali. Pada
masa cuti 2012 yang lalu itu, suami menunjukan sebuah bangunan rumah. Suami bilang
bangunan tersebut milik kita. Serta dia bilang masih banyak tunggakan pinjaman
di toko material yang belum terbayar,” tutur SY saat ditemui team Gerakan Ngawi
Peduli dikediamannya. Minggu sore (01/05/2015).
Alangkah kagetnya, kata (SY)
kalau masih punya pijaman di toko material dan meminta untuk melunasi. Padahal
jumlah nominal yang dikirim melebihi untuk biaya membangun sebuah rumah. Belum
lagi permintaan kiriman uang lainnya, dengan alasan yang dibuat-buat,”
terangnya.
Lebih lanjut (SY) menuturkan, saya
meminta untuk kakak Kandung pada waktu itu untuk membesuk anak dan menanyakan
sampai sejauh mana proses pembangunan rumah tersebut. Namun info yang didapat
bangunan rumah tersebut milik adik suami yang merantau diluar Jawa.
Semenjak bulan September 2015,
saya menyetop pengiriman uang dan saya tabung sendiri. Karena sudah merasa lelah,capek dan dibohongi
terus. Pada masa cuti Mei 2016 ini, berencana
akan mengajukan gugatan perceraian. Semoga kisah pahit perjalanan hidup menjadi
mesin ATM suami. Bisa menjadi pelajaran untuk teman-teman BMI lainya,”
pungkasnya. (Byaz)