Suryajagad.Net - Mungkin kita sering berfikir, sudah banyak sekali
cara untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai dan yang sangat disayangi. Namun segala cara dan upaya tersebut, belum mampu
untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik.
Mengenai hal ini, perlu kita
ketahui, hidayah atau petunjuk hanyalah milik Allah ta’ala. bagaimana pun upaya
kita untuk merubah seseorang, menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya
jika Allah ta’ala tidak menghendaki hidayah kepadanya.
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan
hidayah itu kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang
dikaitkan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mesti mengikuti
hikmah-Nya.
Turunnya ayat ini berkenaan
dengan cintanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
pamannya Abu Tholib. Akan tetapi, segala cara dan upaya yang dilakukan beliau
untuk mengajak pamannya kepada kebenaran, tidak sampai membuat pamannya
menggenggam Islam sampai ajal menjemputnya. Seorang rosul yang kita tahu
kedudukannya di sisi Allah ta’ala saja tidak mampu untuk memberi hidayah kepada
pamannya, apalagi kita yang keimanannya sangat jauh dibandingkan beliau.
Perjuangan Nabi Allah Nuh AS di dalam menegakkan tauhid kepada umatnya
hingga mencapai 950 tahun tidak dapat menjadikan umat nabi Nuh AS mendapatkan
hidayah Allah ta’ala. Bahkan untuk keturunannya sendiri pun ia tidak dapat
menyelamatkannya dari adzab.
Allah berfirman yang artinya “Dan
Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat yang jauh, ‘Wahai anakku! Naiklah
bahtera ini bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir’. Dia
berkata, ‘Aku akan berlindung ke gunung yang akan menghindarkanku dari air bah.
Nuh berkata, ‘Hari ini tidak ada lagi yang bisa melindungi dari adzab Allah
kecuali Dzat Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang pun menghalangi mereka berdua,
maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS.
Hud:42-43)
Melihat anaknya yang tenggelam,
Nabi Nuh berdoa (yang artinya),“Dan Nuh pun menyeru Rabbnya, ‘Wahai Rabbku,
sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji
yang benar, dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.
Allah ta'ala berfirman, ‘Wahai Nuh, sesungguhnya dia
bukan termasuk keluargamu (yang diselamatkan), sesungguhnya amalannya bukanlah
amalan yang sholeh. Maka janganlah engkau meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak
engkau ketahui. Sesungguhnya Aku peringatkan engkau agar jangan termasuk
orang-orang yang jahil.” (QS. Hud: 45-46)
Setelah mengetahui hal ini, mari
kita jemput hidayah tersebut dengan cara bertaubat secara sungguh-sungguh. Sebab Allah ta’ala tidak akan memberi hidayah
kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan. Apabila kita menginginkan
hidayah Allah, maka kita harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah
memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik.
Allah ta'ala berfirman yang artinya
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am:82).
Berusaha dengan sepenuh jiwa dan raga menyadari dan memohon ampunan. bahwasanya, kita banyak dosa. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubahnya sendiri. Jangan menunggu hidayah itu datang namun jemput dan hampiri hidayah tersebut. Jangan sampai menjumpai penyesalan dikemudian hari. (Byaz)
Berusaha dengan sepenuh jiwa dan raga menyadari dan memohon ampunan. bahwasanya, kita banyak dosa. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mengubahnya sendiri. Jangan menunggu hidayah itu datang namun jemput dan hampiri hidayah tersebut. Jangan sampai menjumpai penyesalan dikemudian hari. (Byaz)