Suryajagad.Net - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
memperkirakan, berdasarkan pengamatan 50 tahun terakhir, pasca terjadinya El
Nino akan diikuti La Nina. BMKG bahkan menyebut tahun 2016 sebagai kemarau
basah, karena hanya 26 persen wilayah Indonesia yang benar-benar merasakan
musim kemarau.
Akibatnya kondisi kemarau basah
yang diperkirakan akan berlangsung hingga penghujung tahun akan bertemu dengan
masuknya kembali musim hujan 2016/2017. BMKG memperkirakan, kondisi La Nina
akan terus berlangsung hingga Januari, Februari, Maret tahun 2017 dan
berpotensi menjadikan kondisi basah di wilayah Indonesia.
La Nina adalah gejala
gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun
lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia. Dengan
demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.
Fenomenan kemarau basah ini
berdampak pada beberapa komoditas. Diantaranya petani garam, tembakau, bawang,
dan cabe. Namun Kondisi basah akibat curah hujan yang tinggi membawa keuntungan
untuk komoditas padi dan jagung. Tidak hanya itu, fenomena La Nina juga membuat
hangat suhu muka laut Indonesia sehingga berdampak pada panen tuna.
Sementara itu, dampak ke bidang
kesehatan, masyarakat harus tetap waspada saat menghadapi La Nina. Karena, hama
penyakit dan DBD cenderung tinggi. Hal ini disebabkan superposisi Mode Dipole
dan La Nina yang berpotensi banjir. (Dirangkum dari berbagai sumber)
Editor : Byaz