Suryajagad.Net – Karena himpitan ekonomi, dua kepala rumah tangga
warga Desa Campurasri, Karangjati, Ngawi ini harus meninggalkan istri dan
anak-anak mereka untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Namun niat dari awal
merantau hingga saat ini tidak pernah memberi kabar keberadaanya.
Kamini (39) ibu tiga orang anak
ini harus berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhan. Membanting tulang kerja
serabutan demi terpenuhi kebutuhan. Shinta anak pertamanya saat ini telah duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, Sedangkan Sri Wahyu anak nomer 2 duduk di kelas 6 Sekolah Dasar dan untuk
Tiara anak yang nomer 3 duduk kelas 1 Sekolah Dasar.
“Sudah lama sekali suami saya
tidak pernah pulang, entah saat ini dimana keberadaanya. Sewaktu pamit dahulu
mau kerja ke Kalimantan. Namun hingga anak-anak sudah besar malah taka ada
kabar. Pontang panting saya kerja serabutan demi terpenuhi kebutuhan mereka,”
jelas Kamini saat dikunjungi Team Gerakan Ngawi Peduli (GNP) di kediamannya
untuk menyerahkan bantunan. Selasa (11/10/2016)
Terima kasih untuk GNP lanjut
Kamini, atas semua bantuan yang telah diberikan. Saya sangat terkejut sekali
tanpa ada pemberitahuan datang menyerahkan bantuan. Sekali lagi terima kasih
dan semoga semua Team GNP selalu diberi balasan oleh Allah yang maha rohman,” tutur
ibu tiga orang anak ini dengan terisak.
Seusai mengunjungi dan
menyerahkan bantuan untuk Kamini dan ketiga anakanya, Team Gerakan Ngawi Peduli
(GNP) melanjutkan misi sosial kemanusian dengan mendatangi keluarga Nuryanti
(25) yang masih warga Desa Campurasri,Karangjati, Ngawi.
Nuryanti (25) juga ditinggal
pergi suaminya bekerja. Namun kembali suaminya jarang pulang. Lebih ironis
nasib Nuryanti, dia memilik 2 orang anak yang masih balita dan sedang hamil 8
bulan. Nugroho anak yang pertama baru usia 3 tahun. Sedangkan Fricilia anak nomer 2 berusia 2 tahun. Ditambah lagi dia harus merawat Jiyem (45) ibunya yang terganggu kejiwaanya.
Dalam kondisi hamil tua dia harus
merwat kedua anaknya yang masih balita dan ibunya yang terganggu kejiwaanya. Masalah untuk kebutuhan keseharian sebatas belas kasihan tetangga sekitar dan sedikit ada tanah garapan.
Kehadiran komunitas penggiat sosial Gerakan Ngawi peduli (GNP) dikediamanya secara tiba-tiba membuat keluarga tersebut kaget dan bahagia. Meskipun tidak seberapa, namun sangat berati untuk keluarga tersebut.
Kehadiran komunitas penggiat sosial Gerakan Ngawi peduli (GNP) dikediamanya secara tiba-tiba membuat keluarga tersebut kaget dan bahagia. Meskipun tidak seberapa, namun sangat berati untuk keluarga tersebut.
Gerakan Ngawi Peduli, terlahir
dari kesederhanaan tercipta untuk kebersamaan, indahnya saling berbagi, sambut
senyum mereka esok hari. (Byaz)