Suryajagad.Net - Dunia memang menggiurkan, maka tak mengherankan
bila (kebanyakan) manusia teramat berambisi mengumpulkan dan menumpuk-numpuk
harta. Berbagai macam cara mereka lakukan, dari yang haram sampai
cara-cara yang penuh kesyirikan.
Terjebak oleh kenikmatan sesaat, terjerembab
oleh nafsu duniawi hingga lalai bahwasanya harta yang diperoleh tersebut atas
kehendak sang pencipta. Harta itu adalah anugerah dari Allah ta’ala. Kaya dan
miskin seseorang sepenuhnya adalah karena qodho dan qodar-Nya .
Manusia diperintahkan untuk
bekerja. Manusia juga diperintahkan untuk banyak memberi, tapi jumlah rezeki
sepenuhnya ditentukan oleh Allah ta’ala. Bahkan, sejumlah hadits mengemukakan,
Allah ta’ala, sudah menetapkan kekayaan seseorang itu sejak mereka mendapatkan
tiupan ruh pertama.
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin
Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan :
“Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat
puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya.
Demi Allah yang tidak ada AIlah
selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli
surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah
ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah
dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan
ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi
telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga
maka masuklah dia ke dalam surge,” (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Oleh sebab itu harta merupakan
amanah atau titipan dari Allah. Semakin besar kekayaan yang kita dapatkan, maka
semakin besar tanggung jawab kita di hadapan-Nya. Semakin banyak kekayaan yang
ada pada diri kita, maka semakin lama proses hisab nanti di akhirat.
Allah ta’ala berfirman : “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS.Al-Ahzab :72)
Harta sepenuhnya ditentukan oleh Allah ta’ala. Manusia tidak boleh sombong karena kekayaan karena dia cuma penerima anugerah dari Allah. Orang miskin pun tidak boleh minder karena kemiskinannya karena kemiskinannya merupakan desain Allah ta’ala. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa, bukan karena yang paling kaya. (Dirangkum dari berbagai sumber, editor Byaz)
Harta sepenuhnya ditentukan oleh Allah ta’ala. Manusia tidak boleh sombong karena kekayaan karena dia cuma penerima anugerah dari Allah. Orang miskin pun tidak boleh minder karena kemiskinannya karena kemiskinannya merupakan desain Allah ta’ala. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa, bukan karena yang paling kaya. (Dirangkum dari berbagai sumber, editor Byaz)