Suryajagad.Net - Mawas diri diawali dengan sikap rendah hati,
untuk menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang
yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar.
Akibatnya, tidak ada pertumbuhan pribadi, karena kita hanya bersikap
menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan pada sang pencipta alam ini.
Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Ini
berarti kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi
hal-hal yang fatal.
Jika semua yang kita kehendaki
terus kita milik, dari mana kita belajar untuk ikhlas. Jika semua
yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar sabar. Jika
setiap doa kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar ikthiar.
Seorang yang rajin ibadah dan
berusaha untuk mendekat ke sang Kholiq , bukan berarti tidak ada air
mata. Seorang yang taat perintah dan menjauhui larangan dari Allah ta’ala, bukan berarti tidak
ada kekurangan. Seorang yang tekun berdoa, bukan berarti tidak
ada masa sulit.
Biarkanlah Allah ta’ala yang
berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena Allah maha tahu dan yang
pantas untuk memberikan yang terbaik. Ketika kerja kita tidak dihargai,
maka saat itu kita sedang belajar tentang ketulusan. Ketika usaha kita dinilai
tidak penting, maka saat itu sejatinya sedang belajar keikhlasan.
Ketika hati kita terluka
sangat dalam, hakekatnya saat itu sedang belajar tentang memaafkan. Ketika
kekecewaan mendera, sesungghunya saat itu sedang belajar tentang kesungguhan.
Pada saat diri merasa sepi dan sendiri, secara tidak langsung kita sedang
belajar tentang ketangguhan.
Tatkala kita harus membayar biaya
yang sebenarnya tidak perlu ditanggung, maka saat itu kita sedang belajar
tentang kemurahan hati. Berusahalah
untuk tetap semangat, sabar,tersenyum.
Karena sesungguhnya kita sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan.
Mawas diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Mawas diri adalah bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit mawas diri cenderung bersikap kekanak-kanakan, karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri. (Byaz)
Mawas diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Mawas diri adalah bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit mawas diri cenderung bersikap kekanak-kanakan, karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri. (Byaz)