Suryajagad.Net - Amanah dalam bahasa arab berasal dari kata al
Amaanah yang berarti segala yang diperintah Allah ta’ala kepada hamba-hambanya.
Secara khusus amanah adalah sikap bertanggung jawab orang yang dititipi barang,
harta atau lainnya dengan mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang
atau harta tersebut.
Sedangkan secara umum amanah
sangat luas sekali. Sehingga menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan
kepada orang yang meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada pihak
yang benar atau sesuai dengan permintaan orang yang berpesan juga termasuk
amanah. Maka sifat amanah baik secara umum maupun yang khusus sangat
berhubungan erat dengan sifat-sifat mulia lainnya seperti jujur, sabar, berani,
menjaga kemuliaan diri, memenuhi janji dan adil.
Allah ta’ala berfirman yang
artinya: Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh. (QS. Al Ahzab/33: 72)
Allah ta’ala menawarkan amanah
kepada langit, bumi dan gunung. Allah SWT berkata kepada mereka, Apakah kalian
mampu menanggung amanah dengan apa yang ada didalamnya. Apabila kamu bisa
mengemban dan menjaga baik amanah maka kalian akan memperoleh balasan yang
banyak. Dan ketika kalian mendurhakai suatu amanah maka kalian akan mendapat
siksa yang setimpal, lalu mereka menjawab: tidak ya Allah, tidak, kami tidak
mengharapkan apapun dari balasan ganjaran maupun siksa karena memuliakan dan
takut kepada Agama Allah ta’ala.
Akan tetapi manusia dengan sifat
lemah dan sedikit kemampuannya mau menanggung amanah tersebut. Sesungguhnya
manusia itu termasuk orang-orang yang mendzolimi dirinya dan amat bodoh
tingkahnya sekira dia mau mengemban beban suatu amanah.
Sejatinya kesanggupan untuk
memikul tanggung jawab berat ini diatas pundak adalah tindakan membahayakan
diri sendiri. Karenanya manusia adalah makhluk yang mendzolimi dirinya sendiri
dan jahil, tidak tahu kemampuannya sendiri. Jika dibandingkan dengan besarnya
penolakan nafsunya untuk memikulnya.
Namun demikian, jika dia bangkit
dengan memikul tanggung jawab itu, saat dia sampai kepada makrifah yang
menyampaikannya kepada penciptaannya, ketika dia mengambil petunjuk secara
langsung dari syariat-Nya dan saat dia sangat patuh kepada kehendak Rabbnya,
petunjuk dan ketaatan yang dengan mudah dicapai oleh langit, bumi, dan gunung,
makhluk-makhluk yang bermakrifah dan taat kepada penciptaannya tanpa ada
penghalang dari dirinya.
Ketika manusia telah sampai
kepada derajat ini dan dia sadar,mengerti,beriradah, maka sungguh dia telah
sampai di kedudukan yang mulia, kedudukan istimewa diantara sekian makhluk
Allah SWT. Semoga kita dibisakan untuk bisa menjaga amanah. Aamiin. (Byaz)