Suryajagad.Net – Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, pada 12 Robi’ul Awal
1438 Hijriyah, menjadi penting untuk dikaji, ditelaah dan diselami agar
perayaan dan tradisi untuk memperingati kelahiran baginda Nabi Muhammad tidak
sebatas pada seremonial belaka, tetapi mengandung makna yang
filosofis-substantif.
Dengan adanya seremonial maulid
nabi, umat Islam diharapkan bisa mengingat kembali betapa gigih perjuangan
rasul dalam merintis dan mengembangkan ajaran Islam di tengah tradisi dan
budaya Arab yang waktu itu dalam keadaan jahiliyah.
Satu hal yang harus dilakukan umat Muslim ketika merayakan maulid nabi adalah meneladani sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung dari baginda nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hanya seremonial belaka, perayaan itu mestinya diresapi dalam hati yang begitu dalam dan mencoba untuk meneladani dan mempraktikkan akhlak mulia dari nabi.
Saat melontarkan pujian-pujian dan sholawat yang begitu menggebu-gebu, hendaknya tidak hanya ditujukan kepada fisik maupun keduniawiannya saja tetapi juga akhlak nabi yang begitu agung dan mulia. Dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi itulah yang harus ditiru, dicontoh dan diteladani. Padahal kita tahu, Islam sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad adalah rahmatan lil alamin.
Artinya, Islam membawa rahmat bagi alam semesta, bukan hanya umat Muslim saja atau manusia saja, tetapi semua makhluk seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alamnya. Terkadang seremonial itu perlu. Hal ini untuk mengingatkan kembali tentang betapa hebat perjuangan beliau dan akhlak serta moralitas beliau.
Manusia itu tempatnya lupa. Meski setiap hari sholawat, tetapi kalau hati tidak meresapinya pasti lupa dengan makna substantif dari shalawat. Dengan adanya maulid, manusia atau umat Muslim diharapkan bisa tergugah kembali untuk selalu berikhtiar secara konsistan dalam meneladani dan mengamalkan ajaran-ajaran serta akhlak baginda nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Dirangkum dari berbagai sumber)
Satu hal yang harus dilakukan umat Muslim ketika merayakan maulid nabi adalah meneladani sikap dan perbuatan, terutama akhlak mulia nan agung dari baginda nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bukan hanya seremonial belaka, perayaan itu mestinya diresapi dalam hati yang begitu dalam dan mencoba untuk meneladani dan mempraktikkan akhlak mulia dari nabi.
Saat melontarkan pujian-pujian dan sholawat yang begitu menggebu-gebu, hendaknya tidak hanya ditujukan kepada fisik maupun keduniawiannya saja tetapi juga akhlak nabi yang begitu agung dan mulia. Dalam hal ibadah, akhlak mulia dan agung dari nabi itulah yang harus ditiru, dicontoh dan diteladani. Padahal kita tahu, Islam sebagai agama yang dibawa nabi Muhammad adalah rahmatan lil alamin.
Artinya, Islam membawa rahmat bagi alam semesta, bukan hanya umat Muslim saja atau manusia saja, tetapi semua makhluk seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alamnya. Terkadang seremonial itu perlu. Hal ini untuk mengingatkan kembali tentang betapa hebat perjuangan beliau dan akhlak serta moralitas beliau.
Manusia itu tempatnya lupa. Meski setiap hari sholawat, tetapi kalau hati tidak meresapinya pasti lupa dengan makna substantif dari shalawat. Dengan adanya maulid, manusia atau umat Muslim diharapkan bisa tergugah kembali untuk selalu berikhtiar secara konsistan dalam meneladani dan mengamalkan ajaran-ajaran serta akhlak baginda nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Dirangkum dari berbagai sumber)
Editor : Byaz