![]() |
Photo Ilustrasi Rayunk Wongawi Dalam Bermeditasi |
Suryajagad.Net - “Urip
Iku Mung Kadyo Wewayangan. Lumampah Sanetran,Kadyo Wayang Ing Tengahe Poro
Dalang. Ojo Rumongso Pinter, Nek Ora Ono Manfa’ate. Lan Ojo Rumongso Sugeh, Nek Ora Ono
Sedekahe. Ugo Ojo Rumongso Biso, Nek Ora Ono Tandange .Utowo Panggawene, Leh Podho Berjuang Ono Ngarsane Gusti Alloh. Kang Sae, Salugune Kawulo Dunyo Tinitah. Sebab Sedoyo
Bakal Nemahi Pati, Kang Di Gowo Amal Lan Berkahe Gusti Alloh Ta'ala”
1. Urip iku mung Kadyo wewayangan :
Hidup di Dunia itu bagaikan Wewayangan ( gegambaran ), tidak nyata, dan bukan yang sejati. Hakikatnya di Dunia ini, yang tampak ada didepan mata, itu tidak ada dan yang kelihatannya tidak ada, itu yang sejatinya ada.
Gambar itu bukan yang sebenarnya, jangan sampai terlena oleh keindahan yang tampak oleh mata, dan teruskan pandangannya sampai ke arah yang lebih dalam, maka akan terbuka hijab dan belenggu, sehingga bisa tahu dan yakin kalau yang tampak didepan mata itu hanya sebuah karya besar sang pelukis, hasil goresan yang sempurna diatas kain kanvas, bukan pemandangan yang sebenarnya.
Jadi Setelah kita melihat Dunia dengan segala keindahannya ini, yang harus kita upayakan adalah Mengetahui dan mengenal Sang Pelukisnya, Dialah Allah swt dengan segala kekuasan dan kesempurnaan-Nya, Dialah AL KHAALIQU (Yang Menciptakan) AL BAARI-U (Yang Menjadikan) AL MUSHAWWIRU (Yang Merupakan) AL MUBDI-U (Yang Menzahirkan) dst.
2. Lumampah Sanetran
Berjalan hanya sanetran (sekejap mata) netro (jw) itu mata, Hidup di Dunia ini
tidak lama, semua akan sirna kembali kepada asalnya. Dan dalam waktu yang hanya
sekejap ini harus selalu ingat dan sadar, apa yang telah didapat untuk bekal
hidup yang hakiki dan abadi.
3. Kadyo wayang ing tengahe poro dalang
Bagaikan wayang yang dimainkan oleh para dalang. Semua makhluk termasuk manusia
itu sangat lemah, tidak mempunyai daya kekuatan dankemampuan. Semuanya berjalan
semata atas kendali, kehendak dan kekuasaan sang Dalang Allah swt. Semuanya
menjalani hidupnya sesuai alur dan cerita yang telah tertulis dan dikehendaki
oleh sang Dalang Allah swt. Itulah wayang, bicaranya adalah perkataan dalang,
segala perbuatannya adalah gerakan dari Sang Dalang. Itulah wayang yang
merupakan perumpamaan dari manusia.
4. Ojo rumongso pinter, nek ora ono manfa’ate. Ojo rumongso sugeh nek ora ono
sedekahe. Ojo rumongso biso nek ora ono tandange utowo panggawene, leh berjuang
ono ngarsane Alloh.
Jangan merasa pandai kalau tidak ada manfa’atnya, jangan merasa kaya kalau
tidak bersedekah, dan jangan merasa mampu kalau tidak mau berjuang di jalan
Allah. Ilmu dan pengetahuan yang kita punya, harta benda yang kita miliki dan
kekuatan serta kemampuan itu semua merupakan amanah dari Allah ta'ala, yang harus
dipertanggungjawabkan.
Ilmu, harta benda dan semua Kekayaan tidak ada artinya,
bahkan akan menjadi musibah yang besar, belenggu yang berat, dan akan
mendatangkan siksaan yang sangat pedih, kalau tidak digunakan untuk berjuang
dijalan Allah swt. Ukuran derajat manusia diukur dari kemanfa’atanya kepada
orang lain, agama, masyarakat dan seluruh umat alam semesta. Selaras dengan
misi utama manusia dicipta sebagai kholifah di muka bumi, seiring diturunkannya
ajaran Islam Rohmatan lil Aalamien.
5. Kang Sae. Salugune Kawulo Dunyo Tinitah
Yang Baik, manusia hidup di Dunia semata menjadi Kawulo (Pengabdi). Manusia
tercipta semata untuk mengabdi, baik pengabdian secara vertical maupun
horizontal. Sebenarnya pengabdian adalah yang benar-benar tulus ikhlas dari
lubuk hati yang paling dalam, tidak ada harapan sesuatu secuali kasih sayang
dan ridho dari Alloh swt. Jadi Tinitah ono Dunyo kudu lugu dadi kawulo : Lugu
itu mligi (Jawa) atau asli, murni, tidak ada campuran dan tidak banyak tingkah.
Ini
bukan berarti pasif, tidak kreatif, dan tidak inovatif, tetapi artinya semua
aktifitas, dan kreatifitasnya tidak keluar dari fitrahnya sebagai manusia,
Istiqomah dalam Ibadah, berusaha meningkatkan kwalitas keimanan dan
keislamannya, bahkan semakin gigih dalam memaximalkan perjuangannya,
memperbesar dan memperluas kemanfa’atannya kepada semua umat seluruh alam
semesta.
6. Sebab sedoyo bakal nemahi pati, kang digowo amal lan berkahe Gusti Alloh.
Sebab semua akan mati, dan hanya amal perbuatan dan barokah Alloh yang akan
dibawa sebagai bekal. Mati bukan berarti akhir dari suatu perjalanan, setelah
itu akan masuk dalam kehidupan yang hakiki dan abadi. Mati tidak harus
ditakuti, karena semua pasti akan menemui, tetapi harus selalu diingat dan
tidak dilupakan, demi menyiapkan bekal hidup setelah mati. Dan pada saatnya,
justru mati akan sangat dirindukan, karena hanya dengan mati, akan masuk dalam
kehidupan yang hakiki dan abadi, penuh rahmat, barokah dan ridho Alloh swt.
Pada saat itulah, akan ada seruan dan panngilan :
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam
syurga-Ku”.
Q.S. Al-Fajr [89] : 27-30
Demikian kurang lebihnya, arti dan terjemahan secara bebas dari wejangan agung
para Auliya khususnya Kanjeng Sunan Geseng, Dengan rasa mahabbah yang sangat
dalam, kita berharap semoga kita, keluarga dan anak turun semua tetap dalam
naungan kasih sayang, barokah dan Ridho Alloh swt Dunia – Akhirat.
Editor : Byaz