Suryajagad.Net - Kegelisahan terlahir akibat tidak adanya
keseimbangan antara harapan dari hati, pikiran dan kenyataan. Adanya
permasalahan hidup manusia muncul kepermukaan lebih disebabkan oleh hanya
semata-mata dipersepsikan pada logika berpikir yang sempit. Itulah sebabnya,
mengapa kebanyakan dari kita mendefinisikan masalah berupa kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan yang terjadi.
Ketidakadaan atau tenggelamnya
kesadaran pola pikir akan melahirkan kegelisahan hidup manusia. Pasalnya bagi
manusia model demikian tidak menyadari sepenuhnya akan sunnatullah kehidupan
manusia yang selalu dihadapkan pada sejumlah besar tantangan.
Tantangan, pada hakikatnya bukan
untuk dihindari, melainkan justru untuk dilakoni. Hidup itu sendiri adalah
tantangan, adalah masalah. Mengapa kita mesti menghindar? Di sinilah
kadang-kadang kita lupa pada kesejatian diri.
Di mana pun dan kapan pun kita
hidup, masalah dan tantangan akan selalu datang menjemput. Hidup identik dengan
masalah dari tantangan itu sendiri. Kalau kita menghadapinya dengan hati tegar
dan ikhlas, semua masalah itu akan sirna.
Bagi sebagian orang kegelisahan
hati itu muncul didasari oleh perilaku kita yang belum sampai ke tingkat yakin
akan sangat dekatnya pertolongan Allah. Kondisi hati yang gelisah akan
berdampak pada persepsi menyikapi hari demi hari hidupnya dengan aneka keluh
kesah, amarah, dan perilaku yang serba salah.
Keberadaan masalah dalam hidup
adalah sesuatu yang wajar. Namun, manakala sikap kita yang tidak tepat dalam
menghadapi dan memposisikan masalah tersebut, maka inilah sebenarnya yang
menjadi awal munculnya penyakit gelisah hati. Adanya gelisah hati dalam hidup
kita, bila tidak hati-hati tentu tidak jarang akan menjadi jalan yang
terbentang bagi terjerumusnya ke jurang maksiat.
Dengan demikian, dalam hidup
manusia sangat diperlukan adanya perilaku meredam gelisah hati. Pentingnya
meredam gelisah hati ini, tidak lain didasarkan pada kenyataan bahwa perasaan
cemas, gelisah, keluh kesah, dan amarah jelas tidak akan mengubah apa pun,
malahan justru akan menyengsarakan hati dalam jurang kegelisahan berikutnya.
Untuk meredam kegelisahan hati
milikilah ilmu. Karena ilmu adalah modal awal untuk dapat meredam kegelisahan
hati seseorang. Janganlah sekali-kali bermimpi dapat hidup tenang dan bahagia sekiranya
belum memiliki ilmu yang benar untuk mengarungi jalan hidup yang tidaklah lurus
dan bersih dari berbagai kendala.
Kedua, pergilah ke majelis
pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah. Ketiga, pergilah ke tempat orang
yang membaca Alquran, kau baca Alquran atau dengarkanlah baik-baik orang yang
membacanya. Keempat, atau carilah waktu dan tempat yang sunyi, kemudian ber-khalwat-lah
untuk menyembah-Nya. Misalnya di tengah malam buta, ketika orang-orang sedang
tidur nyenyak, bangun mengerjakan shalat malam, memohon ketenangan jiwa,
ketentraman pikiran, dan kemurnian hati kepada-Nya.
Kelima, kita harus yakin kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sebagian dari kita manakala
gelisah hati datang, ternyata amat sibuk dengan pikiran yang mencemaskan
perbuatan-perbuatan makhluk dan mengharapkan datangnya bantuan makhluk. Padahal
secara nyata, tidak ada satu pun yang dapat menimpakan mudharat atau mendatangkan
manfaat, selain dengan ijin-Nya.
Allah berfirman, “Jika Allah menimpakan suatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya, kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tiada yang dapat menolak
karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yunus [10]: 107).
Dengan demikian, setiap
pilar-pilar kejadian yang menimpa kita sebenarnya akan menjadi sarana yang
paling tepat untuk bermunajat kepada Allah, sehingga membuat kita semakin ingat
pada-Nya, taqarrub dan tidak pernah bisa lupa kepada-Nya.
Keenam, kuasai diri dengan
sebaik-baiknya. Adanya suatu persoalan hidup dirasakan pahit dan amat berat,
maka sebetulnya semua itu semata-mata karena kita belum mampu memahami hikmah
di balik kejadian tersebut. Oleh karena itu, bilamana datang suatu kejadian
yang mencemaskan, segeralah kuasai diri dengan sebaik-baiknya. Jangan menyiksa
diri dengan pikiran yang diada-adakan atau mempersulit diri, sehingga semakin
menyiksa.
Janganlah sedikitpun terbesit
dalam pola pikir kita sesuatu anggapan bahwa rencana kita lebih baik daripada
rencana-Nya. Untuk itu, ketika kegelisahan hati muncul dalam hidup keseharian,
maka hendaknya kita saat itu pula ingat akan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah
[2]: 216, yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Ketujuh, sempurnakan ikhtiar
untuk mendapatkan pertolongan-Nya. Dalam hidup ini harus kita yakini bahwa
setiap segala kejadian tentu atas ketentuan-Nya. Artinya manakala kegelisahan
hati mendera kita, maka segeralah kembalikan segala urusan kepada Allah.
Hujamkan keyakinan dalam hati akan kesempurnaan pertimbangan dan kasih
sayang-Nya serta segera bulatkan tekad bahwa Allah-lah satu-satunya pemberi
jalan keluar dalam hidup ini. Langkah selanjutnya, setelah hati dan keyakinan
kita bulat, segeralah pula bulatkan ikhtiar untuk memburu pertolongan Allah
dengan amalan-amalan yang dicintai-Nya. Kekuatan ikhtiar ini merupakan
kesempurnaan akan kekuatan manusia untuk mengatasinya.
Editor : Byaz